27. "Kalau gue bilang pernah, lo percaya?"

91 13 14
                                    

"Masih marah?" tanya Rassya.

Sekarang mereka sudah ada di kelas. Tetapi sejak dari rumah hingga jam istirahat di sekolah tiba, Saqeela membisukan dirinya. Rassya tahu ini kesalahannya, tetapi harusnya gadis itu tidak terlalu mempermasalahkannya kan? Saqeela juga belum ada rasa pada Rassya, jadi buat apa gadis itu marah? Lagian nama Cila itu juga nama Saqeela, bukan orang lain. Hanya saja gadis itu tidak tahu as tidak ingat.

"Gue bercanda doang tadi. Maaf." ucap Rassya yang mendekati gadisnya di meja. Sementara teman-teman yang lainnya telah keluar lebih dulu untuk ke kantin, hanya meninggalkan mereka berdua saja di dalam kelas.

"Bercanda lo gak lucu."

"Lo juga sering begitu kan sama gue? So... buat apa lo marah?" seru Rassya yang justru mendapatkan tatapan sangar dari gadisnya.

Saqeela yang duduk di bangku seketika membawa atensinya pada Rassya, hingga membuat sang empu mengerutkan dahi.

"Gue bercanda sama kang kebun, lah elo beneran sama cewe selingkuhan."

"Lo punya bukti kalau gue beneran selingkuh?" tantang Rassya.

"Buat apa bukti? Udah keluar dari mulut lo aja gak perlu pake bukti."

"Sayang... dimana-mana cowo kalo selingkuh itu diem-diem bukan di kasih tau ke cewenya." jelas Rassya

"Bodo' ah!" Saqeela membuang wajahnya dari Rassya dan memilih untuk menyimpan kepalanya di atas lipatan tangan atas meja.

Rassya tersenyum dan bergeleng kepala. Ternyata sikap seorang Cila masih melekat pada diri Saqeela. Rassya benar-benar merindukan hal seperti ini, gadis kecil keras kepala yang dulu selalu bermanja dengannya. Siapa menyangka kalau semesta kembali mempertemukan mereka lagi dan kini menjadi sepasang kekasih.

Rassya mengambil ancang-ancang untuk memeluk gadisnya dari belakang. Rassya menaruh kepalanya di pundak Saqeela yang mana gadis itu tengah mendarat di atas meja.

"Gue gak beneran selingkuh, lo tenang aja." ucap Rassya seraya mengelus permukaan punggung tangan Saqeela.

"Lo itu segalanya buat gue, mana mungkin gue tega duain lo. Lo itu cewe yang selama ini gue tunggu kehadirannya." lanjut Rassya seraya menjauhkan tubuhnya dari Saqeela saat gadis itu bergerak bangun.

Saqeela memandang Rassya penuh pertanyaan. "Ngapain lo nunggu kehadiran gue? Lo cenayang, sampe bisa yakin kita ketemu?" tanya Saqeela.

"Pulang sekolah nanti, ikut gue ke suatu tempat ya." ucap Rassya beralih topik.

"Mau kemana?"

"Nanti lo juga tau."

•••

"Kita ngapain kesini? Ini rumah siapa? Rumah lo kan disana..."

Saqeela bertanya-tanya ketika Rassya membawanya ke sebuah rumah gedung putih besar yang terletak tepat di samping rumah Rassya Rumah putih yang mereka datangin itu nampak kosong dan sepi.

"Coba lo sini..." Rassya menarik tangan Saqeela untuk mendekati tiang rumah di dekat taman depan.

Saqeela diam dan menurut, mengekori Rassya yang tak tahu maksud cowo itu membawanya untuk apa?

"Main petak umpet, ayo?" ajak Rassya tiba-tiba.

Saqeela mengernyitkan bingung sebelum akhirnya tertawa keras.

"Main petak umpet? Hahaha, kayak anak kecil tau gak!" kekehnya.

"Ayo! Tapi lo yang jaga."

"Males. Lo ada-ada aja, udah bau tanah juga, masih hobi main gituan?"

Ancaman Cowo Brandal Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora