6. Pulang bareng

173 8 6
                                    

"Saqeela!" teriak Rassya.

Saqeela yang baru saja keluar kelas pun langsung mencari sumber suara yang memanggil namanya. Ternyata ada Rassya yang berdiri di ujung koridor dekat kelas, cowo itu berjalan menghampirinya seorang diri.

Jika kalian bertanya darimana Rassya? jawabannya sudah pasti dia cabut pelajaran terakhir. Tetapi keenam sahabatnya justru menetap di kelas, hanya Rassya sendiri yang memilih tidak masuk kelas. Sudahlah, biarkan saja.

"Gue duluan, ya." izin Sandrina yang berada di sebelahnya.

"Ih kok gitu? Tungguin gue lah..."

"Gue mendadak ada urusan. Maaf, gue duluan." katanya yang kemudian buru-buru pergi di kala Rassya semakin sampai di dekat mereka.

Sebenarnya Sandrina sama sekali tidak ada urusan yang mendadak. Hanya saja dia tengah menghindar dari Rassya. Ucapan cowo itu beberapa jam lalu masih terngiang-ngiang di pikirannya.

Sandrina bergegas pergi dari kelas dan membiarkan Saqeela menemui Rassya. Rassya pun sampai di depan Saqeela saat Sandrina sudah lumayan menjauh dari gadis itu.

"Kemana aja lo?" tanya Saqeela.

"Cieee nyariin gue." kekeh Rassya.

Saqeela memutar bola matanya malas. Pede sekali manusia di depannya ini.

"Najis."

"Kangen aja bilang, gak usah sok gengsi." ledek Rassya.

"Pede lo ketinggian. Turunin dikit!"

Rassya terkekeh. Dia paling suka melihat Saqeela darah tinggi dan mendumel seperti itu meski gadis itu mendumeli dirinya.

"Kenapa sih sayang, emosi mulu."

"Stop manggil gue sayang! Gue bukan pacar lo!"

"Emang bukan, kan? Lo itu istri gue."

"Buset apaan nih kok bahas istri?" celetuk Rafian tiba-tiba. Dia datang dari dalam kelas bersamaan dengan yang lainnya.

"Ngeri banget, bang. Tadi pagi pacar, sekarang udah istri aja." sahut Ale terkekeh.

"Ada suara gak ada wujud, yuk sayang kita cabut!"

Sial! Ale dan Rafian di kacangin. Rassya dengan entengnya pergi membawa Saqeela meninggalkan semua sahabatnya yang masih menetap di depan kelas. Jangan di tanya bagaimana perasaan mereka setelah di tinggal Rassya dengan cara seperti itu. Sudah pasti mereka kesal, apalagi Ale dan Rafian yang di anggap tidak ada wujud, mereka benar-benar ingin terus merutuki Rassya. Dasar Rassya sialan!

"Kelakuan anak muda." Kica bergeleng kepala seraya terus memandang kepergian sepasang manusia yang sebenarnya tak tahu hubungan apa yang sedang terjalin di antara keduanya.

Sungguh membingungkan!

Sementara itu, Rassya dan Saqeela sudah berada di atas jok motor yang sama. Saqeela mengalah. Dia tak dapat membantah untuk tidak pulang dengan cowo itu. Rassya terus mendesaknya dan tentu dengan ancaman yang tak bisa membuat Saqeela berkutik.

"Pulang bareng suami atau gue cium?"

Kurang lebih seperti itulah ancaman Rassya tadi. Yahhh... ancaman yang tak jauh dari kata cium. Sungguh menyebalkan sekali bukan? Mungkin mulai sekarang Rassya akan terus menggunakan ancaman itu agar keinginannya dapat di penuhi Saqeela. Oh Saqeela, tamatlah riwayat mu!

"Mampir ke supermarket bentar nanti, ya." ucap Saqeela di pertengahan jalan. Susah payah ia menurunkan ego-nya untuk mengeluarkan suara. Karena sejak tadi dia hanya diam dan menyumpah serapahi Rassya dalam hati.

Ancaman Cowo Brandal Where stories live. Discover now