24. Memori yang terlupakan

78 10 11
                                    

udah vote?
kalau udah, oke bagus. lanjut scroll ceritanya wkwkwk

belum vote?
etttsss...
vote dulu cinta manja Bluve...💙

uda? oke makasiii💐

Happy Reading

•••

Di koridor yang menghadap langsung ke lapangan basket, Rassya menghentikan langkahnya sejenak. Manik matanya menatap jauh ke bawah ring, dimana teman-temannya sedang bermain bola. Kebiasaan mereka saat jam sekolah pulang lebih cepat atau saat jam kosong berlangsung.

"RASSYA! BURUAN SINI WOY!" teriak Najean.

Dengan gaya yang bak berjalan di atas red carpet, Rassya melangkah memasuki area lapangan dan merebut bola yang sedang Ale gunakan.

"Bola gue, monyet!" umpat Ale.

Rassya berbalik dan tersenyum smirk sebelum akhirnya melempar bola itu hingga lolos masuk ke dalam ring.

"Udah ayo gas, main."

Tujuh cowo itu mulai bermain basket di lapangan sekolah. Tentunya hari sudah menunjukkan senja, tetapi mereka memutuskan bermain basket hanya untuk menunggu cewe-cewe selesai mengerjakan tugas kelompok.

Tugas kelompok mereka? Sudahlah, tak perlu di tanyakan lagi, yang pasti tidak akan selesai.

Jam, menit, detik terus berjalan dengan bergerak begitu cepat. Tanpa sadar, Saqeela, Sandrina dan Sakia telah datang di pinggir lapangan mempertontonkan para cowo-cowo itu yang kini tubuh mereka sudah penuh akan air keringat. Di dahi Rassya pun keringat begitu basah bercucuran, benar-benar mandi keringat.

"Guys, ciwi-ciwi tuh!" ujar Rafian yang menyadari kehadiran tiga cewe itu.

Permainan seketika di hentikan begitu saja setelah memastikan yang dikatakan Rafian benar. Langsung saja mereka semua menghampiri pada perempuan itu dengan mengelap keringat mereka dengan baju dan kulit tangan sendiri.

"Udah daritadi?" tanya Reyza.

Sandrina bergeleng cepat. "Enggak kok, barusan aja." balasnya.

"Iiiii... jorok banget lu, Rassya!" pekik Saqeela cempreng ketika melihat jelas Rassya mandi keringat.

"Keringetan doang , sayang..."

"Tapi jorok! Gak jadi gue pulang sama lo!"

Rassya mendelik. "Apa-apaan, gak ada! Lo tetep balik sama gue!"

"Gak mau gue!"

"Udah Qeel, lo balik sama gue aja." sahut Kica menaik turunkan kedua alisnya.

Rassya yang berdiri tepat di sebelah Kica pun sontak membawa atensinya ke arah Kica.

"Mau kena ini, lo?" Rassya mengepalkan tangan kanannya dan diberi tunjuk di depan wajah Kica hingga membuat sang empunya susah payah menelan salivanya.

"Ehehehhh, becanda bang..." cengir Kica seraya menyingkirkan tangan Rassya dari depan wajahnya.

Rassya menatap sinis Kica sebelum akhirnya merampas tangan Saqeela untuk membawa gadis itu pergi.

"Kita pulang."

"Ih pelan dong, sakit!" pekik Saqeela.

Semua teman-teman yang melihat itu hanya bisa diam tanpa bisa berbuat sesuatu apapun. Kepala mereka semua sontak bergeleng pelan melihat tingkah Rassya yang sedikit kelewat terhadap Saqeela.

Ancaman Cowo Brandal Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora