21. Kegilaan tujuh brandal

87 14 18
                                    

"Barang siapa yang mencintai sesuatu maka perbanyak menyebut namanya."

"Uang uang uang uang uang uang." lanjut Najean.

Malam ini ketujuh cowo brandalan sekolah itu berkumpul pada sebuah cafe yang terletak di pusat kota. Mereka akan menghabiskan waktu berjam-jam disana, karena besok hari libur. Mereka bebas untuk bergadang malam ini. Sedangkan para gadis, mereka berdiam diri di rumah meski tahu jika cowo-cowo tengah berkumpul.

"Simpanan janda lima berisik ya..." seru Ale dengan menggosok-gosok telinganya.

"Sabar Najean, orang sabar-

"Pantatnya lebar." Kica memotong ucapan teman sefrekuensinya itu, siapa lagi kalau bukan Najean.

"Uwasuuuuu!" rutuk Najean yang kemudian mengundang gelak tawa keras dari yang lainnya, meski Reyza hanya tersenyum tipis tanpa suara. Biarkan saja, memang kodratnya sudah begitu, tetapi beda cerita kalau bersama pawangnya.

"Hotspot Sya!" ucap Rafian tiba-tiba.

Rassya yang masih sibuk meneguk ice coffe bland miliknya pun bergegas menaruh gelas keramik itu di atas meja kemudian dia menyandarkan tubuhnya di sandaran bangku seraya menghela napas panjang.

"Jika Allah tempat meminta, lantas mengapa temen gue sering minta hotspot sama gue? Ya Allah, bukankah itu musyrik?" tutur Rassya seraya tetap memberikan hotspot pada Rafian.

Rafian terkekeh. "Pahala buat lo, soalnya nyumbagin internet." katanya.

"Minimal ketawa lah Rey!" teriak Najean heboh. Dia sudah memasuki mode geram terhadap Reyza yang terus memasang wajah datar.

"Biarin aja, banyak beban dia tuh." tutur Alex.

"Beban apalagi? Masalah lo udah kelar, Sandrina juga udah balik ke tangan lo. Apa lagi yang lo pikirin susanto?" Najean sedikit menekan kalimat terakhirnya.

"Jika terlalu banyak beban di kepala mu, buang saja kepalamu."

"Gak bro, niatnya gue mau buang hati aja." tukas Reyza menanggapi Ale.

"Lah?" dahi Rassya berkerut.

"Iya, gak sanggup nampung kerinduan sama Sandrina."

"Uwasuuuuu!" seru Najean.

Gelak tawa kian pecah seiring Reyza mulai membuka suara dan belajar untuk mengikuti alur pembicaraan gila yang dibawakan oleh teman-temannya. Reyza juga tidak tahu kenapa dia bisa berubah hangat seperti tadi. Pendirian cool-nya telah hancur dibuat teman-temannya.

"Eh, lo pada tau gak sih?"

"Enggak!" Rassya bergeleng kepala.

"Yaelah, sabar ni gue kasih tau." ujar Kica.

"Apaan?"

"Setelah di teliti ternyata gamon itu tempat air minum."

"GALON cuk!" pekik Najean geram.

"Info cewe dong." kekeh Kica tiba-tiba.

"Ganteng makannya biar dapet cewe." tutur Rafian.

"Bro, gue jelek-jelek gini kalau berdiri di atas tiang tower banyak yang manggilin."

"Iyain aja, biar senang hatinya." sahut Alex.

"Yang beda agama gak di ajak!" cerca Kica.

"Gue tau ini udah malam, tapi minimal ada lampu lah, kok gelap gini?" Rafian menutup matanya dan meraba-raba udara seakan-akan mempraktekkan benar-benar tak ada cahaya lampu.

"Lex, kasian gue sama lo. Yuk bisa yuk, asyhadu..." ujar Rassya tersenyum.

"Asyhadu..." Alex menanggapi.

Ancaman Cowo Brandal Where stories live. Discover now