8. Restu?

126 11 7
                                    

"Benar kamu pacar Saqeela?" tanya Mami.

Seperti yang dipintakan kemarin oleh Mami. Saqeela benar-benar membawa Rassya ke rumahnya dan sekarang disinilah mereka berada, dalam sebuah ruang tamu yang terbilang cukup luas dan besar. Mami, Papi bahkan Satria pun ikut turut disana.

Nyali Rassya seketika menciut. Dia seperti seorang penjahat yang tertangkap basah saat ini. Duduk tegak di atas sofa tunggal dengan kedua tangan yang saling memijat satu sama lain untuk mengurangi rasa gugupnya. Dia kira semua akan baik-baik saja, semua akan santai-santai saja, tetapi sepertinya perkiraannya salah, salah besar. Mata Mami dan Papi Saqeela terlihat sangat menyeramkan dan Satria yang bermata dingin.

Sedangkan Saqeela yang duduk di sebelah Satria pada sofa panjang pun nampak takut as gugup. Apa yang akan terjadi setelah ini? pikirnya.

"I-iya tante."

"Santai bro, gak usah takut. Keluarga kita gak gigit kok." ujar Satria berusaha membawa suasana tenang dan Rassya tak semakin gugup.

Rassya menyunggingkan senyumnya tipis ke arah Satria. Sementara Satria sudah mendapatkan pukulan keras di paha yang di hadiahi oleh Saqeela.

"Berapa biaya yang habis dikeluarkan saat bayar belanjaan anak saya?" kali ini Papi yang bertanya.

Pria baya berkisaran umur 42 tahun dengan setelan jas hitam yang lengkap dan rapi, dia sedikit mengubah posisinya menjadi sedikit lebih tegak sehingga berhasil mengeluarkan aura wibawanya. Papi baru saja pulang dari kantor, karena kebetulan pekerjaan di kantor telah selesai, bukan karena dijanjikan Mami untuk pulang cepat agar bertemu Rassya. Dan ternyata takdir mengizinkan Rassya bertemu langsung dengan kedua orang tua Saqeela, bahkan dengan Satria juga.

"Saya ikhlas kok om, bayarin Saqeela."

"Tidak Rassya. Kami akan menggantinya. Saqeela sudah kelewatan. Pasti totalnya sangat banyak kan, soalnya camilan Saqeela kemarin lumayan banyak." ujar Mami.

"Saya ikhlas tante, beneran." Rassya berusaha meyakinkan.

"Saya juga ikhlas untuk menggantinya." tutur Papi.

"Gak usah om."

"Udah bro gak apa-apa, lumayan lo cair." lagi dan lagi Satria bersuara dan Rassya hanya bisa tersenyum dan menatapnya sekilas.

"Kenapa kamu tidak ingin kami mengganti uang mu?" tanya Papi.

"Karena dengan balasan cinta Saqeela ke saya, itu udah lebih dari cukup bahkan sangat cukup untuk ganti uang saya, om."

Rassya kampret! Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu langsung di depan Mami dan Papi. Mau di taruh di mana muka Saqeela? Memang Rassya yang mengatakan itu, tetapi Saqeela yang menanggung malu.

Saqeela mendelik tajam ke arah Rassya. Sedangkan yang di tatap pun hanya diam dan tersenyum tipis sebelum akhirnya dia berseringai.

Mami dan Papi saling temu pandang setelah mendengar ucapan Rassya. Dan Satria bertepuk tangan ria hingga membuat suasana terasa tidak terlalu senyap dan menegangkan.

Prok prok prok

Tepukan tangan Satria memenuhi ruang tamu rumahnya.

"Uhuyyy boleh juga mantu idaman!" katanya.

"Dasar cowo gak tau malu!" hardik Saqeela dalam hati dengan mata yang menatap tajam Rassya.

"Kamu bener mencintai anak saya?" tanya Papi mengintrogasi.

"Beneran om."

"Kenapa kamu bisa mencintai anak kami?" sahut Mami.

"Cinta gak butuh alasan, tan. Dan jika tante dan om menanyakan alasan saya, sudah pasti akan saya jawab, saya tidak tahu alasannya."

"Kalau saya mencintai Saqeela pake alasan, ntah itu karena Saqeela cantik, atau karena apapun, berarti cinta saya ke Saqeela belum tulus, om, tan." lanjut Rassya.

"Good boy! Gue suka yang kayak begini, nih!" Satria bersuara lagi, bahkan sekarang dia berpindah duduk di atas tumpuan tangan sofa. Dia merangkul Rassya dengan akrabnya, seakan-akan telah saling mengenal lama.

Saqeela seketika terpaku di tempatnya. Pandai juga Rassya bersikap dewasa seperti ini, pikirnya. Tapi sekarang yang menjadi masalahnya, dia belum mencintai Rassya. Jika sampai Mami dan Papi tahu kalau hubungannya dengan Rassya belum terlalu resmi atas keputusan dua belah pihak, apa yang akan dilakukan Mami dan Papi selanjutnya?

Lalu, kapan Saqeela mencintai Rassya?

"Kami restui hubungan kalian. Iya kan, pi?" tanya Mami yang melihat ke arah Papi.

Papi nampak menganggukkan kepalanya sekali. "Dengan syarat, jangan kamu lukai anak saya, jangan kamu sakiti. Jika suatu saat saya mendapati Saqeela nangis karena kamu, saya akan minta kamu untuk mengakhiri hubungan kalian." peringat Papi tegas.

"Iya om, pasti. Saya akan jaga Saqeela. Saya janji untuk gak ngelukai Saqeela. Saya janji, om, tan."

"Makasih om, tante..." lanjut Rassya girang. Dia tak menyangka kalau hari ini takdir berpihak padanya untuk mendapatkan restu orang tua Saqeela. Ternyata tidak semenakutkan dan semenegangkan seperti di awal tadi.

"Mulai hari ini, kamu jadi mata-mata untuk jaga Saqeela selama Saqeela tidak bersama saya." ujar Papi.

"Mati gue. Dasar Rassya sialan! Kenapa gue harus kenal sama cowo brengsek kayak lo sih!? Kalau lo tadi Jefri Nichol gak apa-apa, gue gak peduli mau lo sebrengsek apa!" sungut Saqeela dalam hati.

"Kalian sekelas?" tanya Satria.

"Sekelas, bang."

"Bagus deh kalau gitu. Btw gue suka cowo kayak lo. Mau jadi pacar gue gak?"

Satria sialan!

"SATRIA!" sentak Papi tajam.

Satria terkekeh. "Bercanda doang Pi, yaelah."

"Kamu ini udah dewasa bahkan lebih dewasa dari mereka, tapi kenapa kelakuan kamu seperti anak spesial?"

"Astaghfirullah mami, tega bener." Satria bergeleng kepala dan mengelus dadanya.

•••

part kali ini cuma sampai disini, eheheh...
ramein lagi yuk...

jangan lupa tinggalkan jejak...

thank you Bubbles 💙



Satria Rionaldy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satria Rionaldy



Ancaman Cowo Brandal Where stories live. Discover now