10. "Gue bakal tetap di sisi, Lo."

117 7 6
                                    

Gubrak!

Rassya yang masih menikmati istirahat di atas brankar UKS tiba-tiba dikejutkan dengan suara pintu dibuka paksa oleh seseorang. Lantas Rassya langsung membawa tubuhnya bangun dan melihat ke arah pintu.

Rassya menghela napas pelan. Dia mengubah posisinya menjadi duduk di tepi brankar UKS dengan kedua kaki yang menggantung, sementara kedua tangannya saling mendarat di setiap sisi kanan dan diri. Matanya menyorot dingin seseorang yang berjalan tergesa-gesa ke arahnya.

"Buka pintu itu pelan, kasian pintunya." ujar Rassya.

"Lo kenapa bisa di UKS?!" semprot Saqeela. Cewe itu berjalan mendekati Rassya di brankar.

"Lo khawatir atau interogasi, hmm?"

Saqeela memutarkan bola matanya malas sebelum akhirnya dibuat kaget oleh perlakuan Rassya yang tiba-tiba menariknya hingga masuk ke dalam dekapan cowo itu. Kini Saqeela benar-benar di peluk erat oleh Rassya dengan kepala cowo itu yang bertumpu di pundaknya dan mata yang terpejam.

"Rassya lepasin! Ntar ada yang liat."

"Bagus dong kalau ada yang liat!" Saqeela reflek memukul keras tubuh Rassya hingga membuat sang empu meringis dan melepaskan pelukannya.

"Kok dipukul?" tanya Rassya.

"Lo ngeselin!"

"Ngeselin tapi sayang kan?" cowo itu menaik turunkan kedua alisnya dengan senyuman meledek.

Saqeela yang gemas atas tingkah laku Rassya pun seketika menempelkan telapak tangan kanannya di wajah Rassya penuh. Rassya spontan menutup kedua matanya karena terkejut akan kelakuan Saqeela yang menyerang wajahnya tiba-tiba.

"Jadi manusia gak usah ge'er!" Saqeela menjauhkan tangannya dari wajah Rassya seusai menyelesaikan kalimat itu.

"Udah deh, sekarang gue tanya sama lo. Lo sakit apa?"

"Gue gak sakit." balas Rassya dengan menggelengkan kepalanya pelan.

"Kata Najean sama Ale, lo mau mati!?"

"Shit! Anak kambing lo berdua emang!" umpat Rassya dalam hati.

"Emang gue mau mati." Rassya bersuara lagi untuk menjawab ucapan Saqeela.

"Gue mau mati karena tadi sesak napas. Tapi pas lo dateng, sesak napas gue udah sembuh. Gue baru sadar kalau gue sesak napas karena belum dapat asupan dari lo." lanjut Rassya dengan kekehan.

"RASSYA!" pekik Saqeela memukul lengan cowo itu cukup keras, tetapi untungnya Rassya kebal, sehingga tidak terlalu merasakan sakit di lengannya. Itu pula yang membuatnya tetap enjoy dan geram terhadap Saqeela. Rassya sangat suka ketika melihat Saqeela marah-marah tidak jelas.

"Pukul aja terus, sampe gue gepeng." sindir cowo itu tetapi Saqeela tak peduli. Cewe itu mengabaikan Rassya.

"Btw asupan dulu dong." ucap Rassya.

"Asupan apa? Sarapan maksud lo?"

"Iya sarapan."

"Ya lo beli aja di kantin, ngapa harus gue."

"Karena sarapan gue di lo."

"Hah?" bingung cewe itu. Jangan lupakan kalau jarak mereka masih sangat dekat, mereka depan-depannan. Hanya saja Rassya tidak lagi memeluk Saqeela.

"Sayang, di rambut lo ada apaan tuh?" Rassya tiba-tiba menunjuk ke atas kepala Saqeela, yang mana gadis itu langsung meraih kepalanya.

"Apaan, gak ada."

"Ada. Coba sini gue liat."

Damn shit! Kenapa Saqeela sekarang semudah itu untuk nurut? Bisa-bisanya dia langsung membawa tubuhnya lebih mendekati Rassya dan membiarkan cowo itu melihat rambut miliknya yang kata Rassya ada sesuatu.

Ancaman Cowo Brandal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang