[31]

48 16 3
                                    

Perpustakaan cenderung sepi.

Akan tetapi, tahukah Anda apa yang lebih sepi? Yakni ketika rumah tenis meja mulai digandrungi. Para pekerja Anda akan bermain tenis meja di halaman yang luas. Sementara anak-anak akan melihatnya dan bertaruh siapakah yang akan memenangkannya.

Itu adalah hal yang cukup seru. Alice juga ingin melihat pertandingan kecil-kecilan itu. Tetapi pada akhirnya, dia tetap di dalam perpustakaan itu bersama dengan Dokter Alferd karena beliau ada di sana dan tidak ingin pergi. Alice ingin menghargai tindakan Dokter Alferd yang dengan suka-rela membantunya.

Di antara keheningan, Dokter Alferd—yang awalnya menjelaskan tentang biologi—mengubah pembicaraannya. "Kau tahu jika Hardin dan Ilya berkelahi?"

Ya, Alice sudah tahu jika Ilya tiba-tiba memukul Hardin di halaman beberapa hari yang lalu. Semua orang membicarakannya. Tetapi, Tuan Yuzak menganggap bahwa itu hanyalah perselisihan biasa saja. Dan Alice bertanya pada Ilya atas apa yang terjadi. Dan Ilya menjelaskan segalanya. Alice mengatakan bahwa Ilya melakukan hal yang konyol.

Alice sudah tahu. Jadi, dia manggut-manggut saja.

"Itu karenamu," kata Dokter Alferd.

Akan tetapi, sungguh, dia tidak tahu kalau Dokter Alferd mengetahui bahwa masalahnya karena Alice. Gadis itu pun menatapnya sejenak.

"Mereka merebutkan dirimu, Alice. Sebuah hubungan pertemanan yang rusak hanya karenamu," kata Dokter Alferd.

Jujur, perkataannya membuat Alice merasa bersalah. Dia tidak pernah memiliki niatan merusak hubungan persahabatan atau pun kekerabatan antara Ilya dan Hardin. Akan tetapi, perasaan manusia berlalu tanpa dapat dia kendalikan. Alice meremas erat roknya dengan napas yang tersengal. Berkali-kali dia mengutuk dirinya sendiri karena telah mengacaukan segalanya.

Dokter Alferd terus bergumam. Sebuah gumaman yang perlahan memanipulasi Alice yang kurang kasih sayang dan lemah. "Sekarang, aku tahu mengapa kau serta Ilya berambisi untuk membuat dirimu masuk ke universitas itu. Itu adalah universitas elit nan terkenal. Jika kau sudah dapat masuk ke sana—dan bahkan ketika kau tidak keluar—hidupmu sudah sangat aman. Perusahaan mana pun akan memperebutkan dirimu untuk menjadi bagian dari mereka. Tidak hanya perusahaan kecil, tetapi perusahaan raksasa sekali pun. Nama almamater sangat berpengaruh, bukan Alice? Dan tujuanmu adalah mengembangkan dirimu sendiri. Jika kau memiliki masa depan yang cemerlang, maka kau bisa bersanding dengan kekasihmu itu tanpa peduli kesenjangan sosial kalian lagi. Begitu, bukan? Itu adalah tangga menuju tujuan suksesmu. Aku hanya berharap itu berhasil."

"Apa Ilya menceritakan segalanya?" tanya Alice. Dia menelan salivanya.

"Dan bahkan ketika dia tidak mengatakannya, hubungan itu akan segera kuketahui." Dokter Alferd tersenyum kala mengatakannya. "Terkadang, aku tahu banyak hal, Alice."

Alice menundukkan pandangannya. Dia begitu malu hingga ingin lenyap dari dunia saja.

"Tetapi, kau tidak perlu merasa rendah diri. Kau adalah gadis yang luar-biasa. Kau bermain violin, melukis, membaca buku dan cerdas—serta cantik. Kau jauh lebih baik dari apa yang kaupikirkan, Alice."

Alice tidak menjawab pujian-pujian itu.

"Seharusnya, bukan kau yang merasa tidak layak untuk Ilya. Tetapi, seharusnya Ilya-lah yang merasa tidak layak untukmu. Dia tidak bisa melakukan apa pun. Kelebihannya hanya pada paras serta kemampuan akademis. Dia terlalu banyak sakit, manja dan keras-kepala. Jika dia tidak berasal dari keluarga ini, dia tidak akan pernah bisa bertahan hidup. Dia itu pecundang. Kau tahu bagaimana Hardin memukulinya? Bahkan dia sama sekali tidak dapat melawannya." Kini, Dokter Alferd menertawakan Ilya.

The KillerWo Geschichten leben. Entdecke jetzt