[26]

49 19 7
                                    

Arman pergi ke rumah Sofiya dengan beberapa anggota kepolisian lainnya. Tetapi, dia memerintahkan kepada mereka untuk tetap di teras sementara Arman akan mengobrol dengan Sofiya di ruang depan. Arman beralasan bahwa Sofiya adalah perempuan yang sensitif. Padahal, Arman ingin membahas masalah pribadi yang tidak seharusnya diketahui oleh orang banyak.

Sudah berkali-kali Arman berusaha bertamu di rumah itu—sejak penemuan mayat Julian. Tetapi, baru kali ini dia mendapati Sang Penghuni membuka gerbang terali besi melengkung itu untuknya.

Benar, itu adalah Sofiya; menggunakan mantel hitam yang besar padahal cuaca sedang panas. Dia mengatakan pada dan yang lainnya untuk masuk ke dalam rumah.

Setelah itu, polisi yang lainnya benar-benar menunggu di luar sementara Arman pergi ke dalam. Sofiya menyuguhkan teh untuk Arman, dan ketika Sofiya hendak membawakan teh ke luar untuk polisi-polisi yang lain, Arman mencegahnya. Sofiya tidak banyak bertanya saat itu. Dia hanya mengiakan apa yang dikatakan Arman.

Hanya Arman yang disuguhi dengan teh. Tetapi, dia enggan untuk menenggaknya walau hanya setitik. Dia masih belum tahu apakah pembunuhnya adalah Sofiya atau bukan. Tetapi, tetap masih ada kemungkinan kalau pembunuhnya adalah Sofiya. Dan ada kemungkinan pula dia membunuh menggunakan apa pun; termasuk racun yang dimasukkan ke dalam teh. Agak berlebihan. Tetapi Danya selalu mengatakan bahwa ada ribuan kemungkinan.

"Kita bertemu lagi, Nona Eshaal." Arman tersenyum.

Sofiya juga tersenyum tipis.

"Di sini, aku ingin bertanya beberapa hal. Ini tentang penemuan mayat Vivian Zachary di danau yang tidak jauh dari sini. Dan, oh, ngomong-ngomong, beberapa waktu yang lalu, ada mayat lain yang ditemukan di jalan gang depan." Arman menjelaskan sembari memegangi berkas-berkas dalam mapnya. "Aku selalu ingin bertanya padamu tentang itu. Tetapi, aku tidak menemukanmu di sini sebelumnya."

"Aku hanya sesekali mampir," kata Sofiya.

"Tetapi, kusarankan bahwa kau tidak sendirian sekarang. Maksudku... kau adalah orang yang sama dengan yang hendak diculik malam itu, bukan?" Arman menyipitkan matanya.

Sofiya manggut-manggut. "Tidak perlu khawatir."

Arman berdeham. "Oke baiklah, kita mulai sekarang. Jadi, kau melihat sesuatu yang mencurigakan di sekitar sini belakangan ini?"

Sofiya menggeleng. "Aku jarang di sini."

Arman manggut-manggut. Yeah, aku sudah tahu itu. Aku hanya berbasa-basi, Sofiya.

"Aku tidak melihat apa pun yang mencurigakan. Di sini sepi. Tidak pernah ada orang," kata Sofiya.

"Tetapi, kau mengenali Julian Zachary? Dia yang ditemukan tewas di gang depan sini. Dilihat dari sisi mana pun, dia memiliki tujuan yakni pergi ke hunian ini. Sebab, mobilnya mengarah ke sini dan tidak ada tempat lain yang dapat dijangkau," kata Arman.

"Aku memiliki hubungan dengan keluarga Mitchell."

Ya aku tahu itu, Nak. "Hubungan?"

"Dahulu, ayahku serta ayah angkatku bekerja dengan mereka. Aku mengenali mereka."

Arman menyipitkan matanya.

Menyadari hal itu, Sofiya bertanya. "Kenapa kau menatapku begitu, Tuan? Apa kau curiga bahwa aku Sang Pembunuh?"

Arman tertawa. "Tidak."

"Tidak salah," kata Sofiya. "Mengapa begitu?"

Arman tidak bisa mengelaknya lagi. Dia memejamkan matanya sembari manggut-manggut. Tetapi, dia tidak akan menjelaskannya secara frontal. "Kau tahu mengapa polisi yang lain ada di luar."

The KillerWhere stories live. Discover now