[23]

42 19 11
                                    

Arman menjelaskan semuanya pada Danya dan Nada. Sekarang, mereka semua menimbang-nimbang apa yang terjadi sebenarnya. Ilya sudah mengakui bahwa korban dari pelecehan yang Dokter Alferd lakukan adalah kekasihnya. Tetapi, Ilya benar-benar tidak mau mengatakan siapa dia yang sebenarnya. Dia hanya mengatakan bahwa Arman akan segera tahu. Padahal, Ilya sendiri mengatakan bahwa kemungkinan kakeknya akan menculik Alice untuk menggertak Sang Pembunuh. Jika Arman tahu siapa Alice, mungkin itu bisa dihentikan.

Dan soal Alice, sekarang Nada paham mengapa ayahnya tiba-tiba menanyakan Alice's Advanture in Wonderland kemarin. Ternyata memang ayahnya dan Tuan Yuzak menyembunyikan sesuatu dan itu hanya diketahui oleh mereka berdua. Sementara polisi yang lain tidak. Lantas pertanyaannya sekarang adalah; mengapa dia disebut Alice? Pasti ada alasannya. Yang pasti itu bukanlah nama aslinya.

"Aku tidak habis pikir kenapa Ilya tidak mau mengatakannya. Padahal, dia sendiri mengatakan bahwa mungkin kakeknya akan menculik Alice. Jika begitu, aku akan mengerahkan beberapa orang untuk menjaga Alice." Arman mengeluh.

Danya menggeleng. "Kurasa, apa yang dilakukan Ilya sudah benar."

"Sudah benar bagaimana?" tanya Arman.

"Ilya merasa bahwa jika dia mengatakan siapa Alice kepadamu, maka kau akan tahu siapa Alice. Kemudian, kau akan langsung mengerahkan beberapa polisi untuk menjaga Alice supaya dia tidak diculik oleh anak-anak buah Tuan Yuzak tanpa pikir panjang. Padahal, apabila begitu, maka kemungkinan besar Tuan Ramon akan tahu kalau kau menelaah kasus ini tanpa prosedur darinya. Kau menyimpang dari perintahnya. Jadi, dia akan memutuskan hubungan bahwa kau adalah orang kepercayaannya. Dan jika begitu, maka kau tidak bisa dekat dengan Tuan Ramon lagi dan mengorek informasi serta rahasia yang disembunyikan. Apa yang dilakukan Ilya ini pasti sudah dia pertimbangkan. Memang benar rumornya, dia anak yang cerdas." Danya mengemukakan pendapatnya.

Pada akhirnya—menurut Arman—apa yang disimpulkan Danya itu tepat. Jika dia tahu siapa Alice, mungkin dia akan langsung memerintahkan beberapa orang untuk menjaga Alice. Dan hal itu cepat atau lambat pasti akan diketahui oleh atasannya; Tuan Ramon. Hal tersebut membuat Tuan Ramon menyadari bahwa Arman menyimpang dari prosedurnya dan menjalankan tugas menurut dirinya sendiri. Akan tetapi, harusnya Ilya menjelaskan itu.

"Harusnya, dia menjelaskan itu." Arman masih tetap mengeluh.

"Yah. Tetapi, kurasa dia sedang tidak ingin banyak bicara," kata Danya.

Nada menyahut. "Tetapi, apabila nanti Tuan Yuzak benar-benar menculik Alice ini, bagaimana cara kita menyelamatkannya?"

"Apakah kita harus mengatakannya kepada Leslie?" tanya Arman. "Setidaknya, kita tahu bahwa Leslie mengenali Alice dan dekat dengan Alice. Jika begitu, mungkin kita bisa bekerja-sama dengannya untuk melindungi Si Alice ini."

Danya menggeleng. "Jika Alice tidak ada, maka Tuan Ramon akan menyadari kejanggalannya pada dirimu. Kenapa pula tiba-tiba Alice tidak ada ketika dia hendak diculik? Pasti ada yang tidak beres. Dan orang pertama yang akan dicurigai sebagai 'menyimpang' adalah dirimu. Jadi, menurutku, biarkan semuanya berlalu secara alamiah."

"Lalu, bagaimana jika Alice dalam bahaya?" tanya Nada.

"Dia hanya akan diculik untuk menggertak Sang Pembunuh. Tuan Yuzak juga tidak dungu-dungu amat. Dia tahu Liliya ada di Sang Pembunuh. Jika dia menggores Alice, maka Sang Pembunuh juga akan melakukan hal yang sama pada Liliya."

"Sang Pembunuh menelanjanginya dan memotretnya. Bagaimana jika hal itu juga terjadi pada Alice?"

Benar juga. Danya berdecak sebal. Sekarang ini, dia tidak dapat menemukan solusi. Semuanya jadi serba salah. Jika mereka menyelamatkan Alice, maka Tuan Ramon akan tahu bahwa Arman membelot. Jika mereka tidak menyelamatkan Alice, maka Alice berada dalam bahaya. Danya pun memutar otaknya. Dan sejauh apa pun Danya berfikir, entah kenapa dia merasa bahwa keputusan paling tepat adalah membuat semuanya berjalan apa adanya.

The KillerWhere stories live. Discover now