[11]

54 30 3
                                    

Di lain sisi, Danya memperhatikan staf medis menangani luka di wajah pemuda yang dihajar oleh Leslie tadi. Setelah selesai, staf medis itu merapikan kotak obat mereka dan pergi—meninggalkan ruang kesehatan beserta Danya dan pemuda itu di dalamnya.

"Terima-kasih. Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah mati," kata pemuda itu. "Siapa kau, ngomong-ngomong?"

Danya mengulurkan tangannya. "Daniel Ruth."

Pemuda itu menerima uluran tangan Danya. Mereka berjabatan selama beberapa detik lantas melepasnya.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Dari mana kau?" tanya pemuda itu.

Danya duduk di ranjang yang sama dengan pemuda itu. "Aku seorang staf IT di salah satu SMA swasta di kota ini, juga seorang mahasiswa paruh waktu di universitas lain."

Pemuda itu manggut-manggut. "Ada urusan apa kau ke sini?"

"Aku ingin bertanya dulu kepadamu," kata Danya. "Tetapi jangan katakan ini pada siapa pun."

Pemuda tadi terdiam sejenak. Tetapi pada akhirnya, dia manggut-manggut—lagi.

"Ada masalah apa kau dengan Leslie sampai dia menghajarmu begitu?"

Pemuda itu menelan salivanya. Dia mengalihkan pandangannya seolah tidak ingin membicarakan hal itu. "Itu hanya masalah kecil. Leslie memang suka menghajar orang lain."

"Masalah kecil seperti apa?"

Danya berniat untuk mengulik informasi tentang Leslie dari pemuda ini. Sepertinya, pemuda ini cukup mengenali Leslie. Dapat dilihat bahwa Leslie menghajarnya tanpa sungkan.

"Aku tidak sengaja menumpahkan segelas kopi di baju temannya. Leslie menyuruhku minta maaf. Tetapi aku enggan karena kurasa, dia-lah yang pertama-kali menyenggol tubuhku." Pemuda itu menjelaskan. "Kenapa kau seolah ingin tahu tentang Leslie?"

Danya menggeleng. "Kau tahu kematian Dokter Alferd dan keponakannya?"

"Semua orang tahu itu."

"Kau tahu kalau Leslie menghujat kematian itu di sosial media?"

"Yah. Hampir semua dari mahasiswa dan mahasiswi di sini tahu itu. Dia memang gila."

"Mengapa dia melakukannya? Apakah dia memiliki masalah dengan Dokter Alferd atau keponakannya itu?"

"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, aku ingin bertanya, siapakah dirimu ini? Kenapa kau seolah ingin mengulik informasi tentang Leslie dariku?"

Danya dengan cepat mendapatkan alasan dalam benaknya. "Julian—keponakan Dokter Alferd—dia korban pembunuhannya. Dia bersekolah di SMA tempatku bekerja. Kami cukup dekat. Aku ingin tahu apa masalahnya dengan Julian sehingga dia sangat tidak menyukai Julian."

Pemuda itu mengangguk—lagi dan lagi. "Aku tidak tahu apa masalahnya dengan Dokter Alferd dan Julian."

"Tetapi kau tahu sesuatu tentang Leslie? Seperti kebiasaannya? Keluarganya? Atau orang-orang yang dekat dengannya?"

"Aku tidak tahu banyak. Dia berasal dari fakultas ekonomi. Padahal, saat sekolah menengah kejuruan dulu, dia mengambil teknik komputer. Dia memang gila. Para pengajar di sini memperingatkannya untuk memakai pakaian yang lebih sopan dan berhenti mengecat rambutnya dengan warna yang mencolok. Tetapi dia tetap nekat. Dia bahkan mengerjai dosen. Lalu masalah teman, tidak ada yang mau berteman dengannya. Tetapi gadis dari fakultas kesenian itu berteman dengannya. Tetapi kurasa, gadis itu berteman dengan semua orang—termasuk Leslie. Dan ya, Leslie memiliki kekasih bernama Alexander Faulkner. Mereka sudah bersama sejak Leslie menampakkan batang hidungnya di universitas ini karena Alexander sering menjemputnya. Dia anggota geng motor pengrusuh kota."

The KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang