34

66.9K 3.9K 1.1K
                                    

Maybe he was too late

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maybe he was too late.
.
.

Begitu banyak pertanyaan di otak Letta ketika mendapati mantan Bossnya itu ada di sini, di sebuah club malam di San Francisco—tempat yang tak mungkin dikunjungi pria itu. Entah ini sebuah kebetulan atau bukan, bukankah pria itu mengatakan tak ingin bertemu lagi dengannya? 

Avandher bisa saja tak menyelamat Letta. Pria itu mungkin melihatnya tapi dia bisa saja mengabaikannya. Lantas, kenapa pria itu memilih menyelamatkannya?

Walaupun begitu, di satu sisi Letta merasa berterima kasih, jika pria itu tak datang Letta bahkan tak ingin membayangkan bagian terburuknya. Dan di sisi lain Letta tak ingin bertemu Avandher lagi, rasanya masih begitu menyesakkan. Bahkan hingga saat ini, Letta masih berusaha untuk melupakan pria itu, namun siapa sangka pria itulah yang datang menyelamatkannya. 

"Masuk!"

"W-why.."

"Masuk, Chesa Fhaletta!"

Letta tau ia seharusnya tak perlu takut pada Avandher, tapi tatapan dan nada bicara pria itu selalu berhasil menyedot rasa percaya dirinya. Hingga akhinya, Letta memilih masuk dan mendudukkan diri di samping Avandher.

Dan sekarang...

Situasi ini membuat Letta merasa sangat tak nyaman, jadi ia memilih menunduk dan tak ingin menatap pria itu. Sedangkan Avandher, Letta tau pria itu kini tengah menatapnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan, yang jelas tatapan Avandher menimbulkan reaksi panas pada tubuhnya. 

Hening beberapa detik.

Mereka hanya bergelut dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya helaan nafas berat pria itu memencah keheningan.

"Angkat kepalamu, Letta."

Nada bicara pria itu terdengar melembut di telinga Letta. Sayangnya, Letta tak menurut, ia tak ingin luluh dan tetap tak mengalihkan pandangannya pada Avandher.

"Kita seharusnya tak bertemu, kenapa anda melakukan itu?"

Seketika, gerakan tangan Avandher yang hendak menyentuh wajah Letta itu menjadi urung.

Avan tau keberadaannya di sini pasti membuat Letta terkejut sekaligus bingung. Seharusnya ia bisa menjawab terus terang, seharusnya ia juga bersikap lebih sopan. Tapi Letta bahkan seolah tak mengharapkan kedatangannya dan itu membuatnya merasa sedih sekaligus kesal. Hingga sekali lagi, pria itu tak bisa mengontrol kalimatnya.

"Apa kau pikir aku bisa diam saja ketika melihatmu diikuti oleh bajingan seperti itu? Kau hampir saja celaka dan aku menyelamatkanmu. Kau harusnya berterima kasih, tapi sepertinya kau tak mengharapkannya."

"Kita punya kesepakatan jika anda lupa," ucap Letta.

"Pastikan bahwa kau tak akan muncul di hadapanku lagi setelah ini."

THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang