12

142K 3.2K 398
                                    

Again, the arrogant man lost

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Again, the arrogant man lost.
.
.

"Well, sesuai dengan harga."

.
.

Melangkah memasuki ballroom yang menjadi tempat diadakannya peresmian cabang baru perusahaan Avandher, keberadaan Avan itu cukup banyak menyedot atensi para tamu.

Gagah, tampan, kaya, dan berkarisma.

Pria beristri itu nampak begitu mempesona dari segala sisi. 

Tak hanya Avan, Letta yang nampak begitu cantik dalam balutan dress marun itu pun berhasil membuat kaum pria memandangnya dengan tatapan penuh minat. Dan entah kenapa, fakta itu membuat isi kepala Avan semakin kusut.

Bahkan, Avan merasakan darahnya berdesir. Bicara dari mulut, Avan memang berlidah tajam. Tapi, sesuatu dalam dirinya mengakui bahwa malam ini Letta nampak begitu cantik.

Avandher bukanlah remaja baru yang tak mengerti gejolak dalam dirinya. Ia adalah pria dewasa, matang, dan pintar.

Ia tak pernah merasa seperti ini selain pada istrinya. Sialnya, Avan sadar betul ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Pikiran tak pernah didominsi oleh seorang wanita seperti sekarang.

Namun, wajah dingin Avan begitu tebal hingga yang terlihat hanyalah keangkuhan. 

"Don't get yourself drunk. You trouble when you're drunk," peringat Avandher dengan nada datar, tanpa melirik Letta yang berjalan di belakangnya.

Letta menatap punggung angkuh Avandher yang berjalan 40 senti di depannya dengan helaan nafas dalam. Tentu saja Letta tak akan membiarkan dirinya mabuk seperi waktu itu.

"Ya, Boss." 

Setelahnya, Avan menghentikan langkahnya untuk menyapa tamunya.

Berdiri di samping Avan sebagai sekretaris, Letta mengamati bagaimana bossnya itu bisa membangun relasi dan Avan juga memperkenalkannya sebagai sekretaris. Namun, tak selamanya Letta bisa mengintili Avandher.

Kini, Letta berdiri sendirian dengan ditemani segelas teh hangat.

Menatap Avandher yang tengah memberikan pidatonya di atas panggung, Letta juga tak bisa menulikan telinganya kala para wanita yang berdiri tak jauh darinya itu tengah membicarakan Avandher.

"So handsome."

"But, he is married."

Dalam hati, Letta mengangguki pujian itu. Namun ketika mengingat betapa angkuh dan tajamnya kata-kata Avan, Letta jadi berpikir dua kali.

Memutus sorotnya matanya, Letta beralih menatap gelapnya langit malam dari jendela kaca yang terpampang lebar dan menjulang.

Well, pemandangan malam kota Seattle nampak begitu indah.

THE BOSSWhere stories live. Discover now