10

192K 3.3K 263
                                    

Interest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Interest.
.
.

Seattle pukul 04.35 pm.

Memakan waktu kurang lebih 7 jam dalam perjalanan, akhirnya Letta dan Avandher telah berada di salah satu bandara ternama di tengah kota Seattle. 

Berjalan keluar bandara, Letta yang berada di belakang itu cukup kesusahan mengimbangi langkah lebar Avandher. Terlebih, kaki Letta sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja.

Oh god! Rasanya Letta ingin melepas heelsnya dan menetengnya sampai hotel. Jika saja Letta tak profesional dan tak tau malu, sudah dipastikan ia akan berceker tanpa alas kaki.

Letta meringis kecil, ketika lagi-lagi kakinya terpeleot dan hampir jatuh.  

Menatap punggung lebar Avandher, Letta ingin menyerukan agar Bossnya itu berjalan sedikit pelan, tapi ia tak berani. Berkerja pada pria seperti Avan memang dituntut untuk bisa mengimbangi bagaimana manusia berhati batu itu berkerja, termasuk langkah lebar dan cepatnya.

Sayangnya, semakin dipaksa, kaki Letta malah semakin lecet dan pincang. Tapi Avan, pria itu tak perhatian pada sekitarnya, hingga tak sadar bahwa sekretarisnya itu telah tertinggal 10 meter di belakangnya.

"Apa taksinya sudah sampai?" Tanpa menoleh, pria itu berucap begitu dingin. 

Hening.

Letta yang tertinggal cukup jauh itu tentu saja tak mendengar hingga ia tak merespon ucapan Avan.

"Sekretaris Letta?"

Karena tak ada respon, barulah Avan membalik tubuhnya jengkel dan menatap Letta tajam. "Bisakah kau sedikit kebih cepat?! Lambat sekali!" dengus Avan.

Mendengar suara tegas dan tak bersahabat, tentulah membuat Letta takut. Susah-susah Letta berjalan mendekati Avan sambil menyeret koper usangnya. "I-iya, Boss." 

Avandher ingin mengumpati Letta lagi.

Namun, ketika melihat cara Letta mendekatinya, pandangan Avan lantas jatuh pada kaki Letta yang sepertinya cedera. Detik itu juga, bibir pedasnya mendadak terkantup rapat dan tatapan matanya berubah lain. 

"Maaf, Boss.." cicit Letta ketika ia sudah berada di hadapan pria itu.

"Apa kakimu terkilir?" tanya Avan.

"Sepertinya, iya. Tapi, tidak terlalu parah, Boss," jawab Letta. 

Avan menghela nafas, entah apa yang membuat hatinya tergerak. "Berikan kopermu," ucapnya.

Letta mendongak. "Hah?"

Avan menegadahkan tangannya. "Let me bring it!"

Eh?

Alis Letta berkerut tipis. Sebelum akhirnya ia menggeleng. "Saya bisa membawanya sendiri, Boss.."

Tapi penolakan Letta tentunya tak berpengaruh apa-apa untuk pria seperti Avandher.

THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang