6

191K 2.9K 138
                                    

Marriage and selfishness

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Marriage and selfishness
.
.

Pukul 06.00.  

Letta membawa langkahnya keluar dari hotel mewah itu. Walaupun, pangkal selangkangannya masih terasa perih, wanita muda itu tetap memaksakan diri. 

Diberhentikannya sebuah taksi lalu mendudukkan diri di dalamnya, bersender lemas sambil memandang keluar jendela mobil. Tujuannya adalah pulang! 

Perasaannya campur aduk, Letta sangat kaget mendapati dirinya tidur tanpa sehelai kain bersama sang boss. Walaupun ia lupa apa yang terjadi semalam, tapi Letta bukan wanita bodoh yang tak paham situasi. Sesuatu pasti telah terjadi!

Ya, mereka pasti telah melakukannya!

Dan Letta sudah kehilangan keperawanannya oleh atasannya sendiri, bercak merah di sprai kasur tadi pasti miliknya. Rasanya Letta ingin menangis, keperawanan adalah sesuatu yang berharga untuknya sebagai perempuan yang belum menikah. Tapi, karena alkohol sialan, Letta kehilangannya!

Ditambah pria yang telah tidur bersamanya adalah bossnya sendiri dan bossnya itu telah beristri!

Oh, god! 

Letta ingin marah pada Avandher, tapi ia sadar ini juga kesalahannya, sepintas ia teringat bahwa dirinya sendirilah yang lebih dulu mencium Avan. Ingatan itu malah membuatnya semakin tak tenang!

Taksi yang Letta tumpangi kini telah berhenti di persimpangan jalan menuju rumahnya. Letta melangkah lunglai menyusuri gang. Pikirannya benar-benar kacau, setelah semua yang terjadi, apakah ia bisa tetap bekerja bersama pria itu?

Tidak, Letta tak bisa berhenti! Ia sudah susah payah untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. Otaknya terus menenangkan diri, tapi hatinya begitu cemas. Apa yang akan terjadi selanjutnya dan bagaimana ia menghadapi bossnya itu, Letta tak tahu, otak jeniusnya mendadak buntu!

Tak terasa akhirnya Letta sampai di kediaman kecilnya. Di teras rumah, ada bibi Emma dan Neneknya. Selama Letta bekerja, Letta menitipkan neneknya pada bibi Emma yang notabennya adalah tetangganya. Walaupun hidupnya susah, Letta beruntung sekali masih dikelilingi orang-orang baik seperti bibi Emma.

Tanpa berkata, Letta memeluk neneknya. Detik itu juga, rasanya Letta ingin menangis tapi ia tahan. Ia harus kuat demi neneknya, Letta tak ingin masalahnya juga membebani sang nenek.

"Maafkan Letta, nek. Semalam Letta tak bisa pulang."

"Tak apa, pekerjaanmu memang sangat sibuk. Cucu nenek pasti sangat lelah, kan?" tanya sang nenek menepuk sayang pundak cucunya. Tapi Letta tak menjawab, ia tak ingin mengeluh pada neneknya.

Letta mengangkat wajahnya, memasang senyum walau detik itu juga rasanya air matanya bisa saja jatuh.

"Mandilah, nenek dan bibi Emma tadi masak sop kesukaanmu," ucap neneknya yang diangguki oleh Letta. Sebelum masuk ke dalam rumah, tak lupa Letta mengucapkan terimakasih pada bibi Emma.

THE BOSSWhere stories live. Discover now