24

87.4K 3.2K 395
                                    

Possessiveness and anger

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Possessiveness and anger

.
.

Letta tahu kejadian seperti ini tak akan bisa ia hindari. Dan, hari di mana akhirnya ia harus menggunakan uang pria itu pun akan terjadi. 

$160.000.

Tentu saja itu bukan nominal yang sedikit. Jika saja Letta tak punya uangnya, neneknya mungkin tak akan bisa bertahan sampai malam ini.

Di sinilah Letta sekarang, duduk menatap wanita renta yang terbaring lemah dengan bantuan alat-alat perawatan medis yang lengkap. Padahal baru kemarin pagi ia memasakkan sarapan untuk neneknya dan melemparkan senyum sebelum pergi kerja. Tapi sekarang, neneknya itu bahkan tak membuka mata sejak tadi pagi, pemandangan seperti ini membuatnya hatinya meringis sedih. 

Dokter memang pernah bilang bahwa penyakit komplikasi yang diderita neneknya telah parah dan umurnya tak akan lama. Letta pikir ia terlah bersiap untuk kemungkinan terburuk, namun perasaan itu sungguh berat dan menyesakkan.

Ternyata, hatinya tak selapang itu untuk melepaskan satu-satunya alasan kenapa ia bertahan sampai saat ini.

"Letta.."

Suara dari bibi Emma yang baru saja masuk ke ruang inap itu membuat Letta terhenyak dari rasa sedihnya. Buru-buru Letta mengusap pelupuk matanya yang berair sebelum menoleh pada bibi Emma yang kini telah berdiri di sebelahnya.

"Ini sudah larut, lebih baik kau pulang dan istirahat. Kau bahkan tak istirahat sama sekali sejak tadi pagi," tutur bibi Emma begitu lembut. Letta bahkan masih masih menggunakan pakaiannya kemarin.

Letta menggeleng lemah. "Bibi Emma, aku baik-baik saja. Aku tak bisa meninggalkan Nenek."

Bibi Emma menepuk pelan bahu Letta. "Kau tau, nenekmu telah kuanggap seperti orangtuaku sendiri, jadi malam ini aku akan menjaganya."

"Tapi, Bi.."

"Pulanglah, kau juga harus istirahat. Hari ini kau juga nampak kurang sehat, nenekmu pasti akan sedih jika kau juga sakit," nasehat bibi Emma lagi. 

Letta menghembuskan nafas pelan sambil memejamkan matanya sekilas. Akhir-akhir ini terasa begitu berat untuknya dan sejak tadi pagi ia juga memang sedikit pusing, walau masih bisa ditahan. 

Letta beralih menatap neneknya yang masih setia memejamkan mata, lalu beralih lagi pada bibi Emma. "Grandma will be fine, right?"  tanya Letta dengan tatapan sendu.

"Tentu saja. Aku akan segera menghubungimu jika butuh sesuatu."

Setelahnya, Letta memutuskan untuk pulang. Namun karena semakin larut dan jam telah menunjukkan pukul tengah malam, Letta kesulitan mencari kendaran umum.

Sialnya lagi, ia pun tak bisa memesan taksi karena ponselnya seharian ini tak menyala akibat kehabisan baterai. 

Oh, god!

THE BOSSWhere stories live. Discover now