11

150K 3.2K 376
                                    

He was a hot-blooded man

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

He was a hot-blooded man.
.
.

"Senang berkerja sama dengan anda, tuan Avandher Gharnion."  

Pria paruh baya dengan setelan jas rapi itu menjabat tangan Avandher, lalu melirik Letta yang berdiri di belakang Avan, wanita muda itu membungkuk hormat dengan senyum tipisnya yang ramah.

Tuan Orios, pria yang baru saja menandatangani kontrak dengan Avan itu menatap Letta dengan senyum manisnya yang terlihat memuakkan—di mata Avandher.

"Jika Avandher memecatmu, kau bisa datang padaku, Nona." Pria itu tersenyum penuh maksud. "Aku akan dengan senang hati menyambutmu."

Letta tak menanggapi. Dari samping, ia hanya melirik Avandher yang terlihat mengeraskan rahangnya. Perkataan pria itu terdengar sangat tak sopan di telinga Avandher. 

Bualan pria bajingan, cibir Avan.

"If she works well, there's no reason I should let her go." Avan berucap datar, namun terdengar begitu posesif. 

Padahal tak ada yang lucu, tapi tuan Orios malah terkekeh riangan. "Kalau begitu maka akan sulit."

Kenapa begitu banyak yang melirik sekretarisnya? Membuat Avan semakin ingin mengikat Letta.

"Baiklah, sampai bertemu di peresmian cabang terbarumu malam ini, tuan Gharnion," pamit tuan Orios.

Di balik raut wajah datar dan dingin yang sedari tadi Avandher pasang, nyatanya ia tak bisa menutupi sorot mata tajamnya yang begitu kentara dengan sirat ketidaksukaan. Bahkan, sampai punggung tua itu menghilang di balik pintu kokoh bernuansa clasik, ketajaman mata Avandher itu seolah siap menusuk punggung tua itu dari belakang.

Sial! Hanya karena tatapan penuh minat yang dilayangkan pria tua itu pada sekretarisnya, Avan bisa menjadi begitu sensitif.

Sinting! Avan sudah sinting!

Ia terlihat seperti pria yang pecemburu. 

Entah sejak kapan, pikirannya mulai dihantui oleh wanita lain selain istrinya. Kecemburuan yang tak seharusnya ia rasakan pada perempuan lain selain Valina, membuatnya terlihat seperti pria bajingan yang menghianati istrinya bahkan dalam keadaan sadar sekalipun.

"Kita harus ke butik sekarang, Boss." 

Letta bergerak selangkah mendekati Avandher, memberitahukan bahwa sudah waktu mereka bergegas ke butik untuk memilih pakaian Avandher yang akan dipakai di acara nanti malam.

Memutus sorot matanya dari arah pintu, Avan menoleh ke arah Letta dengan sorot datar dan angkuh seperti biasa. Sepersekian detik matanya jatuh pada manik Letta yang nampak begitu memikat, sebelum akhirnya Avan membuang muka dan menghela nafas berat.

Sialan! Mata itu begitu indah hingga membuat Avan hampir menyelam lebih dalam.

"Cepatlah!" Meninggalkan Letta, Avandher lantas berjalan lebih dulu keluar ruangan.

THE BOSSWhere stories live. Discover now