28

75.7K 3.9K 577
                                    

She is gone

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

She is gone.
.
.

Satu minggu.

Ya, terhitung sudah satu minggu sejak hari itu dan Letta tak lagi masuk untuk berkerja. Meja sekretaris di depan ruangan Avandher itu kini telah kosong. Tak ada lagi wajah cantik yang selalu menyambut pria itu di pagi hari, mengingatkannya jadwal meeting atau sekedar mengetuk pintunya untuk mengantarkan sesuatu.

"Aku tak melepaskanmu, aku membuangmu."

"Kau benar-benar menjijikkan."

"Pastikan bahwa kau tak akan muncul di hadapanku lagi setelah ini."

Perkataan itu, Avandher sadar bahwa ia terlalu kejam. Tapi Letta lah yang membuat semuanya berakhir, wanita itulah yang ingin lepas darinya. Avan hanya menurutinya. Right?

And now, Avandher berusaha untuk tak memikirkan wanita itu. Baginya, cukup mengetahui bahwa uang 1 juta USD yang ia bayar atas keperawanan wanita itu telah dicairkan, itu sudah membuktikan bahwa Letta memang mengincar uangnya. Dan, hanya menunggu hari, wanita itu pasti akan mencairkan cek keduanya.

Siapa sangka wanita itu terlihat begitu sederhana, tapi nyata begitu mencintai uang. Avandher rasa ia tak perlu merasa khawatir.

Letta pasti bersenang-senang dengan uang sebanyak itu.

Seharusnya begitu.

Namun pagi ini, seorang janitor mengetuk pintu ruangannya dengan begitu sopan dan memberikannya sebuah map.

"Excuse me, sir. Secretary Letta leave this for you."

Setelah janitor itu keluar, Avandher menatap map di atas mejanya dengan sorot dingin namun tidak dengan tenggorokannya yang terasa tecekat.

Membukanya, Avan mendapati map itu berisikan surat pengunduran diri Chesa Fhaletta. Tak hanya surat pengunduran diri, Letta juga mengembalikan cek senilai 500.000 USD yang ia berikan minggu lalu, juga cek lain senilai 840.000 USD. Apa itu adalah sisa dari uang keperwanan?

Jadi, Letta hanya memakai sebagian kecil uangnya?

Apa yang kau lakukan Letta?

Dengan rahang mengeras, Avandher mencengram kertas-kertas itu kasar lalu melemparkannya ke dalam tong sampah yang ada di bawah meja kerjanya. Detik selanjutnya, pandangannya tertuju pada totebag sepatu yang pernah dibelinya namun belum sempat ia berikan pada Letta.

Avandher bahkan tak menyingkirkannya.

Why Avandher..

You miss her, right?

Bertumpu sikut di atas meja kerjanya, pria itu kemudian mengusap wajahnya gusar.

Srrtt!

Suara pintu yang dibuka tanpa diketuk itu membuat Avandher mengangkat pandangannya. Jika saja orang itu adalah salah satu bawahannya, ia pasti sudah melemparkan perkataan tajamnya karena mamasuki ruangannya dengan cara tak sopan.

THE BOSSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant