15

157K 3.3K 524
                                    

He knew, he was interested

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He knew, he was interested.

.
.

Di balkon kamar, Avandher berdiri bertumpu sikut pada pagar pembatas sambil menghela nafas berat. Sekacau itukah seorang Avandher Gharnion, hingga dirinya bahkan tak merasa bersalah telah mencium wanita lain secara sadar?

Pria bajiangan. Avan bukanlah sosok yang seperti itu! Tak pernah ada di dalam kamusnya bahwa ia akan memikirkan perempuan lain selain istri dan ibunya. 

Tapi, Letta..

Sial! Lagi-lagi Letta. 

Di saat istrinya tengah mengocehkan sesuatu, Avan malah kembali memikirkan Letta. Avan tak seharusnya begitu. Otaknya terus bergelut dan menyangkal, tapi hatinya tak mampu. Dan kini, penisnya tengah mengeras karena wanita lain.

Demi apapun, perasaan ini benar-benar menjengkelkan! Ini seperti bukan dirinya.

Bahkan untuk berbicara dengan istrinya, Avan menjadi tak tenang. Avan pikir dengan mendengar suara lembut istrinya bisa menenangkan pikirannya yang kacau, nyatanya suara lembut Valina tak mampu menenangkan gairahnya yang salah. Padahal, seharian ini Avan sangat menantikan suara lembut istrinya.

Seharusnya, Avandher memaksa istrinya itu untuk ikut. Avandher tentu tak akan segila ini. Atau, jika saja kemarin Valina tidak meninggalkan ponselnya di rumah orangtuanya mungkin Avan bisa sedikit berpikir waras. Ya, alasan istrinya tidak bisa dihubungi seharian ini adalah karena ponsel wanita itu tertinggal di rumah orangtuanya.

"Mereka bilang, mereka bisa menunggu cucu sampai dua tahun lagi."

Suara istrinya itu terdengar begitu semangat, tapi tidak dengan reaksi Avan.

Dua tahun lagi? 

Sesaat Avandher termenung, ia tak tau harus beraksi bagaimana. Bukankah ia harusnya merasa senang akhirnya Valina mau mempertimbangkan soal anak?

Sebelumnya Avandher tak pernah mempermasalahkan soal anak. Baginya tak apa jika ia dan Valina menua tanpa seorang anak. Menghabiskan waktu bersama istrinya dengan penuh cinta, semua itu sudah lebih dari cukup.

Sayangnya di usia pernikahan mereka yang keenam tahun ini, Avandher mulai goyah. Entah kenapa, setiap pulang ke rumah ia mulai berpikir bahwa rumah megah mereka terasa begitu sepi. Ditambah desakan kedua orangtuanya membuat Avandher mau tak mau juga memikirkan soal itu. 

Tapi dua tahun... kenapa terasa akan sangat lama?

Menghela nafas, Avan tak ingin mereka bertengkar lagi karena itu akan berujung Valina bersikap dingin padanya. Jujur, itu mengesalkan.

"Hei, kau dengar aku?"

Avandher terhenyak. "Sayang, kita akan punya jika kau sudah benar-benar siap."

THE BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang