17

126K 3.1K 374
                                    

He is hot.
.
.

Bangun dengan kapala yang berdenyut pening seolah dunianya jungkir balik, pagi ini dalam balutan kemeja hitamnya yang rapi Avandher tiba di kantor lengkap dengan wajah tampannya yang nampak pucat.

Well, Avandher bisa saja memilih untuk istirahat hari ini, namun ia punya banyak agenda yang tak bisa ditunda. Ditambah, dirinya bukanlah sosok yang akan meninggalkan pekerjaannya walau tubuhnya sedang tidak dalam kondisi sehat sekalipun.

Dan di sinilah pria itu sekarang, melangkah lebar menuju ruang kerjanya di lantai teratas. Namun, langkah pria itu memelan sesaat kala mendapati seseorang yang ia kenal berdiri menggoda sekretarisnya. Detik itu juga raut Avandher menajam, sirat ketidaksukaan.

Pria itu adalah Nath Aldrich. Pria yang juga mendekati Letta minggu lalu di acara pembukaan cabang barunya. Betapa Avan tak menyukai rekan bisnisnya itu sejak malam itu.

Dan apa yang ia lihat sekarang, kenapa dua orang nampak begitu akrab?

Apa hubungan mereka sudah sedekat itu?

Sialan!

Dengan langkah tegas, Avan melangkah mendekati dua orang itu.

Sontak, kedatangan Avandher itu berhasil membuat atensi Letta teralih, menatap pria yang kini tengah berdiri dengan raut dingin tak bersahabat. Untuk sepersekian detik Letta mendapati dirinya terpaku karena wajah tampan itu nampak tak sesegar biasanya dan bibir pria itu juga nampak pucat.

Apa bossnya itu sakit? Kondisinya nampak tak baik-baik saja.

Letta tau pria itu begitu sibuk akhir-akhir ini. Tak bisa menampik bahwa sesuatu di dalam dirinya merasa begitu khawatir. 

"Tuan Gharnion," sambut Nath yang menyadari keberadaan Avan di antara mereka.

Avandher melirik Letta sekilas, lalu beralih pada pria muda di sampingnya."Mr. Nath, what business are you here?" tanya Avandher, tanpa basa-basi pada rekan bisnisnya itu.

"Tentu saja untuk menemui anda. Kita punya janji pagi ini, jika anda lupa," jawab Nath santai.

Ya, Avandher memang punya janji dengan pria itu, tapi tentu saja bukan itu maksud dari pertanyaannya. Sayangnya pasti akan sangat aneh jika ia begitu kentara atas ketidaksukaannya, Avan tak sebodoh itu.

"Tapi kau datang terlalu awal."

Nath terkekeh ringan. "Lebih baik dari pada telat."

Dalam hati Avan berdecih, lalu beralih pada Letta. "You know we need to talk. Temui aku setelah jam pulang," ucap Avan lengkap dengan raut datarnya seperti biasa, sebelum akhirnya berlalu menuju ruangannya.

THE BOSSWhere stories live. Discover now