Boss and Secretary - 78

453 77 7
                                    

Keesokan paginya, Nilaa berangkat lebih pagi ke kantor. Dia meninggalkan Julian yang pindah ke kamarnya sendiri setelah percakapan yang menyakitkan itu. Julian egois. Dia ingin memiliki Nilaa sepenuhnya tapi Nilaa tidak bisa melakukan hal yang sama padanya.

Apa Julian masih mencintai Elena?

Dia pikir apa yang dilakukannya pada Nilaa tidak ada artinya bagi Nilaa setelah pria itu melihat tubuh Nilaa tanpa sebenang pun. Nilaa menyesal. Menyesal karena membiarkan nafsu menguasainya. Dia tidak peduli lagi mengenai kontrak pernikahannya dengan Julian. Toh, dia tahu semuanya kalau Nenek Julianlah yang lebih berkuasa daripada Julian.

Semalam adalah percintaan terakhir dia dan Julian. Dia tidak akan berharap lebih pada Julian. Dia tidak akan mengemis cinta, perhatian dan sentuhan pria itu. Tidak akan! Nilaa berjanji pada dirinya sendiri.

Nilaa melihat Jasmine yang menghampirinya. Dia duduk di kantin outdoor di samping Nilaa.

"Aku ingin ibuku bisa keluar dari rumah Justin dengan meminta bantuan Julian. Namun, Julian mengingatkan kalau ibuku tidak akan mau keluar dari sana apa pun yang terjadi."

Hening.

Hening.

"Mungkin memang seharusnya beginilah hidup aku dan ibuku." Matanya mulai basah karena air mata.

"Aku minta maaf, Nilaa. Maafkan aku yang jahat padamu. Maafkan ibuku yang begitu jahat padamu. Mungkin memang ini balasan yang harus dia tanggung karena telah memanfaatkanmu." Mata Jasmine dipenuhi penyesalan.

"Aku mungkin akan menjadi gelandangan kalau aku tidak tinggal di apartemenmu dengan gratis dan Julian tidak memberiku pekerjaan. Aku berterima kasih padamu dan Julian. Aku akan menebus semua kesalahanku, Nilaa." Dia menatap Nilaa dan air mata mulai membanjiri pipinya.

Nilaa hanya terdiam. Enggan menatap Jasmine.

Lalu beberapa saat setelah keheningan mengelilingi atmosfer di antara mereka, Jasmine bangkit. Dia meninggalkan Nilaa sembari menangis dan melanjutkan pekerjaannya sebagai office girl.

Nilaa menatap punggung Jasmine. Dia mulai melunak. Berharap semesta menuntun Jasmine untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.

***

Saat rapat Julian menjelaskan mengenai program-program baru perusahaan. Sesekali dia menatap Nilaa yang tidak menatapnya selama rapat berlangsung dan hal ini membuat Julian resah. Tapi, dia tidak ingin memperlihatkan keresahannya pada Nilaa.

"Aku tahu kamu marah padaku." Julian mendekati Nilaa yang berjalan menuju ruangannya.

"Tidak. Aku tidak marah. Kamu benar. Tidak seharusnya aku jatuh cinta pada serigala sepertimu." Nilaa berkata dengan nada dingin.

Julian terhenti. Dia membiarkan Nilaa berjalan di depannya hingga lenyap dari pandangannya.

"Sialan!" Umpatnya.

***

Julian dan Astrid kembali bertemu di bar yang sama. Mereka minum wine dan membicarakan banyak hal mengenai pekerjaan, film, hobi hingga musik. Astrid melihat wajah Julian yang sendu.

"Kamu kenapa?"

"Tidak papa."

"Kamu tidak bisa berbohong, Julian. Kita tertawa saat menceritakan hal konyol tapi tawamu hanya sesaat saja lalu wajahmu berubah sedih. Ceritakan saja padaku. Kita teman bukan? Ya, kita tidak cocok melakukan hal intim. Kesedihanmu pasti berkaitan dengan Nilaa. Nama wanita yang kamu sebut."

Julian menatap Astrid dan tersenyum kecil. "Dia istriku."

Mata Astrid melebar, kedua daun bibirnya terbuka lebar. "Kamu punya istri? Dasar pria berengsek!" Dia tertawa.

"Ya, aku punya istri. Kami menikah dengan tujuan tertentu. Aku tidak tahu kalau aku akan jatuh cinta padanya. Sekarang, aku bingung dengan perasaanku sendiri." Julian tersenyum getir. Nilaa merenggut kewarasannya.

"Cinta kadang datang saat kita tidak menginginkannya." Astrid menenggak minumannya. "Tapi, kalau kamu memang mencintainya, perlakukan dia dengan semestinya. Dia juga mencintaimu kan?"

"Ya, sepertinya perasaan kita memang sama." Julian menyalakan korek api. Dia merokok sembari membayangkan kehidupan keluarga yang indah dan harmonis bersama wanita lain tapi yang muncul di bayangannya lagi-lagi Nilaa.

"Apa susahnya menjadi pasangan suami-istri sungguhan. Toh, kalian saling mencintai kan?"

"Rumit. Aku pernah melihat mantan kekasihku berada di atas ranjang pamanku." Julian mengingat hal menyakitkan itu lagi saat dia melihat Elena dan Arthur bercumbu.

"Astaga!" Astrid menggeleng ngeri.

"Tapi istrimu bukan orang yang sama dengan mantan kekasihmu."

"Aku menjebaknya dengan melunasi hutang-hutangnya karena perintah nenekku."

Hening.

"Aku ingin jatuh cinta pada wanita lain."

Astrid menoleh pada Julian dengan dahi mengernyit.

"Kamu ini aneh-aneh saja." Dia tertawa.

Mereka saling menatap beberapa saat. Julian menyukai tawa Astrid yang renyah. Beberapa saat kemudian tanpa disadari Julian...

"Oh, ini kekasihmu." Nilaa muncul ditemani Suzanne dan Debora.

Julian ternganga melihat kemunculan Nilaa yang tiba-tiba.

***

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now