Boss and Secretary - 61

981 102 3
                                    

Nenek menyuruh Julian membawa Nilaa ke rumahnya. Dia tersenyum saat melihat Nilaa datang. Nilaa mengingatkannya dulu sewaktu muda. Dulu dia mirip Nilaa dari wajah hingga karakter dan apa yang menimpa nenek pada saat itu sama persis seperti Nilaa. Gadis yang awalnya kaya lalu dimiskinkan oleh keadaan. Ayah yang suka mabuk, berjudi dan main perempuan.

Hingga suatu hari dia bertemu dengan kakek Julian. Kakek menerima nenek dengan apa adanya meskipun pada saat itu ada banyak pilihan wanita dari kalangan yang setara dengan kakek. Dan setelah menikah nenek merasa bahagia. Sangat bahagia. Dia diperlakukan seperti seorang ratu.

"Nenek senang melihat kalian makin mesra." Ucapan nenek terdengar aneh karena Nilaa dan Julian sama sekali tidak terlihat mesra.

Nilaa dan Julian sempat besitatap untuk beberapa saat.

"Nilaa, kamu tahu kalau kamu diterima nenek dan orang tua Julian. Kami menyayangimu seperti keluarga kami sendiri. Jadi, saat kamu melihat Emma yang mungkin bersikap jahat denganmu, dia tidak benar-benar jahat, Nilaa. Dia hanya membenci semua hal yang berhubungan dengan mantan suaminya. Dan mantan suaminya itu adalah teman ayahmu." Nenek berkata dengan tenang dan hangat.

"Ada sesuatu untuk kamu." Nenek menyuruh salah satu pelayannya pergi mengambilkan sesuatu di kamarnya.

Pelayan itu kembali membawa sesuatu yang dibungkus box cantik berwarna hitam. Nenek membuka box itu dan mata Nilaa menyala saat melihat kilauan kalung berlian yang hendak disematkan nenek di leher Nilaa.

"Untuk kamu, Nilaa." Kata Nenek sembari melingkarkan kalung mewah itu di leher Nilaa.

Nilaa merasa sanksi karena kebaikan nenek padanya. Padahal dia dan Julian tidak sungguhan menjadi pasangan suami-istri. Nilaa merasa bersalah pada nenek. Pada nenek yang begitu baik padanya.

"Kalungnya cantik sekali." Nilaa menunduk menatap kalung yang melingkar cantik di lehernya.

"Terima kasih, Nek." Dia menatap Nenek yang tersenyum hangat padanya.

Julian sedari tadi memilih diam. Entahlah. Apa fungsinya dia ada di sini, yang diajak bicara neneknya hanya Nilaa bukan dirinya.

"Arthur dan Elena sebentar lagi akan menikah." Nenek menatap Julian. Yang ditatap membuang pandangan. "Sepertinya mereka sudah tidak tahan untuk segera melebur menjadi satu kesatuan." Nenek masih menatap Julian.

"Ya, mereka cocok bukan." Komentar Julian.

"Oh ya. Itu sudah pasti. Mereka sangat cocok." Nenek berusaha menyembunyikan kekhawatirannya akan pernikahan yang entah bagaimana disetujui Arthur.

"Setelah mereka mereka akan tinggal di rumah rahasia Arthur. Kalian tidak akan tahu di mana rumah itu."

Dahi Julian mengernyit. "Rumah rahasia?"

"Ya, Arthur sudah menyiapkan rumah rahasia untuk tempat tinggal mereka nanti. Rumah itu tidak diketahui siapa pun kecuali Arthur dan beberapa pelayan yang tinggal di sana."

Nilaa tahu rumah rahasia Arthur. Dia pernah ke sana bersama Arthur. Nilaa adalah wanita pertama yang diberitahu Arthur soal rumah rahasianya itu. Nilaa menggigit bibir bagian bawahnya saat mengingat dia dan Arthur nyaris berciuman di rumah rahasia Arthur.

"Kadang-kadang Arthur itu aneh."

"Hush! Dia itu pamanmu. Jangan bicara begitu, Julian."

"Ya, ya, aku tahu dia bagian dari keluarga Reckleen."

"Kalian ada rencana pergi berlibur semacam bulan madu begitu?" Tanya Nenek menatap Julian dan Nilaa secara bergantian. "Orang tuamu sudah kepengen menimang cucu, Julian."

Julian menghela napas.

"Kapan pernikahan kalian diumumkan di depan publik? Nilaa harusnya resign dan tinggal di apartemen saja. Fokus mengikuti program hamil. Bukankah kamu juga ingin sekali punya anak Julian?"

"Itu... emm..." Julian gelagapan.

"Untuk saat ini belum, Nek. Nilaa masih ingin bekerja tapi kalau nanti Nilaa hamil, Nilaa akan resign."

"Nilaa, ada satu hal yang perlu kamu tahu setelah masuk ke dalam keluarga Reckleen-" nenek menghela napas. "Setiap yang menikah dengan salah satu keluarga Reckleen, tidak boleh menunda kehamilan. Karena penerus keluarga Reckleen bagi kami sangat penting."

"Nek, itu peraturan darimana?" Protes Julian.

"Itu sudah menjadi keharusan untuk keluarga kita, Julian. Tidak boleh menunda kehamilan. Karena kalau kalian siap menikah artinya kalian juga sudah siap untuk menjadi orang tua."

***

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now