Boss and Secretary - 69

721 85 9
                                    

Tiga jam kemudian setelah pertemuan dengan klien selesai, Katty mendatangi ruangan Julian dengan wajah marah. Dia sempat menatap ke meja Nilaa yang hanya berjarak sekitar 10 meter dari meja Julian.

"Cih!" dia membuang wajah saat Nilaa balik menatapnya.

Katty duduk di depan Julian. Tatapannya menuntut seolah Julian adalah kekasihnya.

"Apa?" Tanya Julian malas.

"Kamu bukan suami Nilaa kan?" Pertanyaan itu meluncur dari kedua daun bibir tebal Katty.

Julian menatap Nilaa. Yang ditatap hanya terdiam dan memperhatikan dua orang yang sedang berbicara itu. Dia tidak yakin kalau Julian akan berkata jujur pada Katty.

"Kalau iya memangnya kenapa?" Jawaban Julian diluar prediksi Nilaa maupun Katty.

Mata Katty melebar tidak percaya. "Kamu serius?"

"Ya. Aku dan Nilaa sudah menikah."

Katty tidak melihat cincin yang melingkar di jari manis Julian. "Tidak ada cincin pernikahan."

"Aku memakainya saat aku berada di rumah."

"Kenapa?"

"Nilaa masih ingin tetap bekerja."

Katty menoleh dengan matanya yang berang melihat Nilaa tersenyum padanya. Dia kembali menatap Julian. "Kamu tidak cerita kalau kamu pernah menjadi kekasihku sebelum memutuskan hubungan secara sepihak?"

"Aku hanya meminta kamu berpura-pura menjadi kekasihku." Julian terdiam sesaat sebelum menyadari satu hal yang dia lupakan. "Oh, shit!"

"Kamu tidak bilang kalau kita pernah seranjang kan?" Katty tersenyum lebar.

Nilaa mendengar perkataan Katty. Hatinya kembali bermasalah. Perasaan sakit itu kembali menusuk hatinya. Bukankah Julian hanya berkata kalau mereka hanya berpura-pura?

"Saat aku dipengaruhi wine. Aku lupa. Itu hanya masa lalu, Katty. Aku tidak benar-benar menjadi kekasihmu."

"Lalu malam itu apa? Kenapa kamu menyentuhku kalau aku bukan kekasihmu."

"Astaga, aku kesal pada Elena. Dan aku banyak minum lalu semua terjadi begitu saja. Aku tidak mencintaimu, Katty. Aku melakukannya tanpa perasaan apa pun."

"Kamu menganggapku wanita murahan, Julian? Kamu mendekatiku hanya karena kamu marah pada Elena." Mata Katty tampak berkilat-kilat.

Nilaa mendekati mereka. Dia tampak marah dan dengan susah payah dia mencoba menjadi orang yang netral dalam perselisihan Julian dan Katty. "Aku tidak tahu soal masa lalu kalian, tapi aku mohon hentikan perdebatan ini karena aku—" Dia menatap Katty kesal. "Muak melihatmu, Katty."

"Apa?!" Katty berdiri, tangannya terangkat. Dia hendak menampar Nilaa kalau saja Julian tidak segera menarik tangan yang terangkat tinggi itu.

"Jangan macam-macam dengan Nilaa Reckleen. Dia istriku sah secara hukum, Katty. Sekali kamu berulah, tamatlah riwayatmu."

Katty melepaskan tangannya dari cengkeraman tangan Julian. "Pria tampan dan kaya sepertimu memang berengsek! Hanya memanfaatkanku saja. Aku tidak menyangka kalau kamu mengisitimewakan Nilaa hingga menikahinya dibandingkan aku yang merelakan tubuhnya disentuh olehmu, Julian. Kamu jahat! Aku benci kamu!" Dia berlari meninggalkan ruangan.

Julian dan Nilaa saling menatap.

"Menjijikan." Komentar itu meluncur bgeitu saja saat Nilaa membayangkan Julian bersama Katty.

"Aku ingat, Nilaa. Aku ingat kalau aku tidak menyentuh Katty. Aku memang mabuk, tapi pada saat itu aku menyuruh Katty pulang. Ingatanku lemah saat aku mabuk."

"Kamu mencoba membohongiku?"

"Tidak. Aku serius. Elena datang ke apartemenku. Ya, Katty tidak mau pulang saat aku suruh dia pulang, tapi, saat Elena datang dan melihat Katty telanjang—"

"Katty telanjang?"

"Dia telanjang karena permintaanku. Aku tahu Elena akan datang. Aku ingin Elena melihatnya telanjang agar dia berpikir yang tidak-tidak mengenai kami."

"Lalu?"

"Elena mengusir Katty, kamu tahu Elena bagaimana kan? Nah, karena takut Katty pulang."

"Lalu?"

"Aku tidak ingin cerita lagi."

"Setelah Katty pulang kamu dan Elena apa?"

"Elena marah padaku." Jeda sejenak. "Lalu, karena wine kami bercinta."

Nilaa menggeleng tidak percaya. Setelah melihat kekasihnya tidur dengan pamannya, Julian masih menyempatkan diri untuk meniduri Elena? Sungguh, di luar akal!

Saat Nilaa berbalik hendak kembali ke mejanya, Julian menarik bahunya dan membalikan tubuh Nilaa.

"Sayang, percayalah—" dia terdiam saat menyadari memanggil Nilaa dengan panggilan 'sayang'.

Mereka saling menatap satu sama lain. Cukup lama. Hingga Julian semakin menyadari kalau dia memang sudah sangat menginginkan Nilaa. Menganggap Nilaa kekasihnya, istri sungguhannya, bukan cuma istri di atas kertas.

"Aku ingin kamu percaya, Nilaa, kalau aku melakukannya karena pengaruh wine." Aku tidak menginginkannya. Aku yakin aku tidak akan melakukannya kalau bukan karena wine."

***

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now