Boss and Secretary - 14

1.7K 146 223
                                    




Dada Nilaa berdebar saat Julian melangkah perlahan. Mata biru pria itu tertuju pada mata Nilaa. Menatap dengan tatapan dingin sekaligus menginginkan. Nilaa tidak mengerti dengan jalan pikiran Julian. Apakah Julian benar-benar menginginkannya atau hanya ingin memperalat dirinya?

"Aku ingin semua pria menatapku dengan bagian dada terbuka seperti ini." Nilaa tidak seperti Katty ataupun Amanada dan Julian tahu itu. Tapi, kalimat yang baru saja Nilaa ucapkan membuat telinga Julian panas.

"Aku akan mengancingkannya." Ucap Julian yang menatap bagian dada Nilaa.

Nilaa tampak gugup saat kedua tangan Julian mulai menyatukan kancingnya. Sensasi aneh menjalari tubuh Nilaa. Dia ingin menjauh dari Julian saat ini juga tapi tubuhnya mendadak membeku. Nilaa membuang wajah saat Julian selesai mengancingkan kemejanya.

"Aku tidak suka saat pria lain menatap bagian yang seharusnya hanya aku yang boleh melihatnya."

Mata Nilaa menyipit, menatap mata Julian yang terkesan dingin itu. Aroma leather yang sering Nilaa hirup lama kelamaan menjadi aroma yang membuat Nilaa candu. Dia hanya menyukai aroma Julian bukan berarti menyukai Juliaan.

"Aku bukan milikmu, Julian."

"Kamu akan segera menjadi milikku, Nilaa." Julian tersenyum. Senyum misterius seolah Julian punya senjata yang akan membuat Nilaa takluk padanya.

***

Sarah masih menikmati hidup meskipun suaminya sudah meninggal. Menikmati uang yang terus diberikan padanya dari bank hingga hutang Nilaa terus bertambah beserta dengan bunganya. Sarah dan Jasmine menikmati keuntungan menjadi istri kedua dari ayah Nilaa. Tidak pusing memikirkan penghasilan dan tidak harus merawatnya serahkan saja semuanya kepada Nilaa.

Usia Jasmine sudah menginjak usia ke 25 tahun, tapi dia belum pernah bekerja dan kerjaannya hanya menghabiskan uang hutang.

"Ibumu ini ingin menikah lagi, Jasmine." Seru Sarah setelah pria yang masih sebaya dengan putrinya memacarinya.

"Tapi jangan Justin, Mom." Mata Jasmine memelotot pada ibunya.

"Justin baik sama mommy, sayang."

"Mom, cari yang usianya tidak beda terlalu jauh. Justin itu usianya sama dengan Jasmine. Dan dia itu mantan pacar Jasmine saat SMA dulu. Ih!" Raut wajah kesal Jasmine menunjukkan kejengkelannya pada ibunya yang kegirangan dipacari oleh mantan pacar anaknya.

"Ya, gimana, Mommy suka Justin."

Bel rumah mereka berbunyi.

Dua pria berpenampilan formal mendatangi mendatangi rumah Sarah. mereka membawa map warna cokelat dengan jumlah tagihan yang belum pernah dibayar oleh Sarah.

"Siapa, Mom?" Tanya Jasmine saat mereka melihat dua orang itu melalui jendela.

"Tidak tahu." Sarah membuka pintu. "Siapa kalian?"

"Kami debitur. Silahkan dibaca." Salah seorang di antaranya memberikan amplop yang berisi perintah penyitaan rumah.

"Apa?! Rumah kami di sita?!" Sarah memelotot pada debitur itu.

"Anda tidak membayar tagihan selama bertahun-tahun lamanya."

"Bukankah tagihan kami dibayar oleh Nilaa?"

Debitur itu membuka map cokelat dan membaca salah satu laporan di sana. Dia menggeleng. "Ibu Nilaa hanya membayar sebagian lalu distop dan hanya membayar hutang masa lalu Tuan Anderson."

"Apa?! Tidak! Tidak bisa! Tagihan kami Nilaa yang bayar kalian tidak bisa seenaknya begitu!"

***

Nilaa tidak pernah tahu kalau hutang-hutangnya terus bertambah. Dia hanya tahu kalau hutangnya hanyalah $700.000 dan dia yakin dengan hidup hemat dia akan melunasi hutang almarhum ayahnya yang menggunakan hutang itu untuk kehidupan hedon istri kedua dan putrinya.

Julian yang membaca semua rekapan tagihan yang terus bertambah hingga mencapai $3.000.000 menyetop semua tagihan yang ditujukan pada Nilaa. Dan hutang pembiayaan hidup yang mencapai jutaan dolar itu kembali ditagihkan kepada Sarah. entah bagaimana dengan koneksinya Julian berhasil membuat rumah Sarah disita dan semua aset milik Sarah dan Jasmine ikut disita.

Julian tahu perjuangan Nilaa untuk hidup hemat hingga tinggal di apartemen kecil. Dia juga harus menanggung beban hutang biaya hedon yang dilakukan Sarah dan Jasmine dengan piciknya mereka membebankan semuanya pada Nilaa tanpa sepengetahuan Nilaa.

***

Malam ini Nilaa pergi ke rumah Arthur. Rumah mewah bergaya klasik eropa itu menatap Nilaa dan mengintimidasinya dengan bangunan yang kokoh dan mewah itu. Nilaa tidak tahu memulai darimana percakapannya dengan Arthur saat dia berpikir kalau Arthur mungkin tidak ada di rumah.

"Silahakn, Nyonya. Tuan Arthur sudah menunggu Anda." Seorang pelayan dengan rambut pendek mendatangi Nilaa yang kebingungan.

Nilaa tersenyum kecil. Tidak tahu harus berkata apa selain tersenyum pada pelayan yang usianya mungkin tidak jauh berbeda dengannya itu.

Nilaa melihat kesan eksklusif dari rumah Arthur. Tidak terlalu banyak barang dan terlihat megah dengan dominasi cat warna cokelat muda dan putih. Arthur duduk di atas sofa dia tersenyum pada Nilaa dan mempersilakan Nilaa duduk di sampingnya.

"Kamu mau minum apa, Nilaa?" Tanya Arthur saat Nilaa selesai duduk di sampingnya. Duduk bersama pria yang berbeda usia 10 tahun membuat Nilaa gugup. Aroma woody menyerebak memenuhi indera penciuman Nilaa.

"Terserah saja."

"Oke, buatkan kami jus jeruk saja ya."

"Baik, Tuan."  Pelayan itu pergi ke dapur.

Arthur dan Nilaa sempat bertatapan dan saling melempar senyum.

"Aku sudah menyiapkan semua laporannya, Pak. Anda bisa mengeceknya kembali." Nilaa menyerahkan flashdisk dan laporan tertulis  yang dimasukkan ke amplop warna biru tua pada Arthur.

"File asli sudah saya kirim lewat email."

"Oke, terima kasih, Nilaa." Arthur meletakkan flashdisk dan map biru tua itu di atas mejanya.

Jari-jari kaki Nilaa yang berada di dalam sepatu flatnya terus bergerak-gerak tak keruan. Dia gugup. Berduaan dengan Arthur di rumah Arthur membuatnya gugup bukan main. Nilaa meremas-remas tangannya.

"Santai saja." Kata Arthur yang tahu dari gesture Nilaa kalau wanita di sampingnya itu sedang gugup. "Saat di luar kantor anggap saja aku ini temanmu."

***   Aku repost cerita Scandal With The Boss ya. Cerita Istri Penggnti dan Secret Marriage juga masih diupdate meskipun agak selowww ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now