Boss and Secretary - 19

1.5K 136 111
                                    




Nilaa tidur di bawah sofa beralaskan karpet lantai. Dia tidak bisa memejamkan mata saat harus menerima Jasmine tinggal di apartemennya. Nilaa teringat ibunya. Wanita lembut yang begitu menyayanginya dan ayahnya. Andai ibunya masih hidup dan tahu betapa jahatnya suaminya itu yang diam-diam menyembunyikan istri muda dan putrinya hanya selang beberapa tahun setelah Nilaa lahir.

            Nilaa meneteskan air mata saat dia memejamkan mata. Semalaman ini mungkin dia tidak bisa tidur lelap seperti biasanya.

***

            Esok paginya, Julian melihat Jasmine duduk di sofa. Di atas meja ada makanan yang sudah dimasak Nilaa. Tatapan Julian menyapu seluruh ruangan dan dia tidak melihat Nilaa. "Di mana Nilaa?" tanyanya pada Jasmine.

            "Sudah berangkat kerja." Jawab Jasmine. "Nilaa bilang sarapannya di atas meja."

            Julian menatap makanan di atas meja. Dia yakin sekretarisnya itu belum sarapan. Dia menyediakan sarapan untuknya dan Jasmine tapi dirinya sendiri tidak sarapan.

            "Mari kita sarapan." Ajak Jasmine.

            "Melihat makanannya saja aku tidak berselera." Katanya enggan duduk bersama Jasmine dan sarapan dengan wanita itu sedangkan si pembuat sarapan malah kabur.

***

            Nilaa membuat kopi panas dan duduk di kantor sembari mengerjakan pekerjaannya di pagi hari saat orang-orang mungkin masih nyenyak di atas ranjang mereka. Suasana hatinya masih kacau. Entah bagaimana dia bisa memaafkan ayahnya, ibu tiri dan adik tirinya. Entah sampai kapan dia akan membawa perasaannya yang terluka ini.

            Nilaa mengmebuskan napas perlahan. Dia harus berdamai dengan dirinya sendiri. Dia harus bisa melupakan apa yang membuat dadanya sesak itu. Dan dia berjanji kepada dirinya sendiri agar tidak cengeng hanya karena harus tinggal dan mengurusi Jasmine.

            Semakin dia tidak ingin menangis semakin kencang air matanya keluar dari matanya dan membasahi pipinya.

            "Nilaa..."

            Nilaa mendongak mendengar suara hangat itu. Arthur berdiri di hadapan Nilaa dengan sebelah tangan memegang gelas kertas.

            Mata mereka bersitatap untuk beberapa saat. "Hai." Nilaa mengusap air matanya dengan tangan.

            Arthur duduk di samping Nilaa. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan tatapan hangat yang menciptakan senyum manis di wajah Nilaa.

            "Ya."

            "Kalau kamu butuh sesuatu kamu bisa menghubungi aku, Nilaa."

            "Ya, aku baik-baik saja. Oh ya, kenapa Pak Arthur ada di sini?"

            Arthur tersenyum tapi raut wajahnya tampak setengah kesal. "Panggil Arthur saja."

            "Ini di kantor, aku merasa tidak nyaman."

            "Aku lebih suka kamu memanggilku dengan nama, Nilaa."

            "Ya, jadi kenapa kamu ada di sini sepagi ini?" Wajah Nilaa mulai ceria. Moodnya lebih baik setelah melihat Arthur.

            "Pertanyaan yang sama untuk kamu." Bukannya menjawab Arthur malah menanyakan balik pertanyaan Nilaa kepada Nilaa.

            "Aku punya banyak kerjaan dan aku harus menyelesaikannya atau Julian akan mengomeliku."

            Arthur tersenyum. "Oke, aku ke sini karena aku ingin bertemu Thom—hrd pemasaran. Kamu kenal dia kan?"

            "Aku hanya sekadar tahu tapi tidak begitu mengenalnya."

            "Ya, aku ada keperluan dengannya. Tapi, aku malah bertemu denganmu. Nilaa, aku ingin mengajakmu makan malam. Kita bisa bertemu jam 8 malam?"

            Nilaa membatu sesaat. Arthur mengajaknya makan malam? Apakah dia sedang bermimpi? Nilaa ingin mencubit pipinya, tapi dia urung. Dia memilih mencubit pergelangan tangannya. Tapi, Arthur tetap duduk di hadapannya. Menatap Nilaa dengan kehangatan yang membuat siapa saja merasa nyaman. Artinya, dia tidak bermimpi. Ini nyata?

            "Bisa." Jawab Nilaa.

            "Oke, kasih aku alamat apartemenmu. Aku akan menjemputmu."

            "Emmm... tidak usah. Kita bertemu saja nanti di tempat makan."

***

            Saat jam makan siang, Nilaa, Suzanne, Debora dan Flyn duduk di kantin dengan santap siang masing-masing. Nilaa tidak bisa menahan diri untuk tidak menceritakan soal Julian dan Jasmine pada ketiga temannya itu.

            "Julian yang aneh." Celoteh Debora.

            "Dia sepertinya menyukai kamu deh, Laa." Flynn berkomentar.

            "Lebih tepatnya, dia penasaran sama tubuh kamu." Kata Suzanne ketus. Dia masih belum bisa memaafkan atasannya yang malah membela Katty dan Amanda itu.

            "Padahal kalau dia memang niatnya untuk belajar berampati dia bisa menyewa apartemen kecil lain." Celoteh Debora lagi. "Bukan tinggal di apartemen Nilaa yang memang kecil dan sempit."

            "Alasan paling logis dia suka sama Nilaa." Kata Flynn keukeuh sebagai satu-satunya pria di pertemanan mereka.

            "Ingat ya, Flynn, Julian itu sama sekali tidak membela Nilaa saat kami di sidang olehnya. Dia malah bilang kalau Nilaalah yang memang agresif. Padahal jelas-jelas aku melihat dengan mata telanjang kalau Julian yang menarik Nilaa hingga adegan mesum itu terjadi." Suzanne berkata dengan emosi yang masih kencang.

            "Aku rasa ada sesuatu yang Julian mau dari aku." Kata Nilaa yang sudah mencurigai Julian sejak adegan ciuman yang disengaja pria itu tepat saat Elena datang. "Dia pernah menawariku untuk menikah dengannya."

            "Uhuk... uhuk... uhuk..." Suzanne terbatuk-batuk sedangkan Debora dan Flynn menatap dengan mata melebar pada Nilaa.

            "Aku sudah bilang dia menyukaimu." Flynn kembali mengulang argumennya.

            "Kamu harus hati-hati dengan Julian, Nilaa. Kita tidak tahu maksud dan tujuannya apa."

            "Dia bilang dia sudah ditekan keluarganya untuk menikah."

            Suzanne, Debora dan Flynn saling menatap satu sama lain.

            "Lalu kenapa dia memilih kamu buat jadi istrinya?" Suzanne bertanya dan mencoba memjawab pertanyaannya sendiri melalui pemikirannya yang frontal. "Apa karena dia ingin menjadikanmu sebagai..."

            "Sebagai apa?" Tanya Debora yang lebih penasaran dibandingkan Nilaa.

            "Pelampiasan nafsunya saja."

            "Bukankah banyak wanita lain selain Nilaa. Ada Katty yang jadi selingkuhannya." Debora memasang wajah serius.

            "Wanita seperti Nilaa itu lebih membuat pria penasaran dibandingkan Katty."

***                                                                                        My Boss My Husband 2 dalam waktu dekat mau aku update nih ^^ baca MBMH yang pertama dulu ya. ^^               Kalo aku update lagi cerita Boss and Secretary setuju?

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now