Boss and Secretary - 20

2.2K 150 19
                                    

Nilaa mengenakan dress bodycone warna maroon yang terbuat dari bahan scuba. Dia menjepit rambut sebagian rambut di depannya ke belakang. Tas warna hitam pemberian Suzanne disampirkan di sebelah bahunya. Nilaa menatap pantulan wajahnya di cermin. Malam ini adalah malam di mana dia akan makan malam bersama Arthur. Pria yang terpaut 10 tahun darinya. Pria matang yang tampan, dewasa dan menggoda meskipun wajah Arthur sama sekali tidak terlihat seperti pria nakal yang mencoba menggodanya.

Julian yang baru keluar dari kamar mandi menatap Nilaa dengan dahi mengernyit. "Mau ke mana kamu?" tanyanya dengan tatapan sinis.

"Jalan-jalan." Jawab Nilaa cuek.

"Dengan siapa?"

"Bukan urusanmu." Nilaa menoleh ke belakang tepat di mana Julian berdiri. Pria itu hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawahnya.

Nilaa buru-buru membuang pandangan setelah tak sengaja menatap keseluruhan tubuh Julian. "Sial!" ucapnya dalam hati.

"Aku belum makan, aku mau ikut." Kata Julian yang sontak membuat Nilaa kesal.

"Aku tidak mau diikuti, oke?"

"Aku belum makan aku harus ikut."

"Tidak! Kamu harus tetap stay di sini menemani Jasmine. Ajak Jasmine makan malam bersamamu di luar atau belu makanan di luar dan makan di dalam apartemen." Katanya dengan wajah panik hingga menimbulkan kecurigaan di wajah Julian.

Dahi Julian mengernyit menatap Nilaa. "Kenapa aku dilarang ikut?"

Nilaa yang tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya cepat-cepat keluar dia sempat menarik kunci dari pintu dalam dan menguncinya di luar.

Julian mengamuk, meneriaki namanya dan menyuruh Nilaa membuka pintu kamar yang dikunci sekretarisnya itu.

Jasmine menatap curiga Nilaa. "Buka kuncinya 15 menit setelah aku pergi dari apartemen ini." Titahnya pada Jasmine.

Jasmine mengangguk. "Kenapa dikunci?" tanyanya penasaran.

"Nanti aku jelaskan." Dengan langkah cepat Nilaa keluar dari apartemennya.

Jasmine mendekati pintu kamar.

"Buka, Nilaaaa!" Pekik Julian dari dalam kamar.

"Kata Nilaa aku diperbolehkan membuka pintunya setelah lima belas menit Nilaa keluar dari apartemen."

"Buka sekarang, Jasmine! Buka!" Terdengar tendangan dari dalam kamar.

"Ya, oke."

Saat pintu kamar terbuka, Julian berlari ke arah pintu depan apartemen dia hendak mencegah Nilaa dan menyuruh wanita itu menunggunya. Jasmine yang melihat handuk terjatuh di lantai kamar pria itu ternganga. Bagaimana bisa pria itu tidak merasakan handuk yang jatuh dari tubuhnya?

"Julian!" Pekik Jasmine sebelum pria itu membuka pintu apartemen dan berlari mengejar Nilaa.

"Apa?!"

"Handukmu... handukmu lepas!"

Julian menundukan kepalanya dan dia melihat bagian bawah yang terlihat jelas. Dia menatap Jasmine dan wanita itu tersenyum padanya. Lalu matanya tertuju pada Julian junior.

***

Napas Nilaa tersengal-sengal saat dia sampai di depan restoran di mana Arthur sudah menunggunya. Julian itu selain sinting juga aneh. Kenapa dia harus mengikuti Nilaa? Apa dia tidak punya kesibukan lain selain pekerjaannya. Hobi atau apa pun itu. Masalahnya kalau sampai Julian tahu dia dan Arthur pergi makan malam, pria itu pasti akan menggagalkan acara yang seharusnya menjadi makan malam romantis dengan Arthur.

"Aku bukan kekasihnya kan?" Nilaa mempertanyakan statusnya pada dirinya sendiri saking herannya dengan sikap Julian.

Nilaa melihat Arthur tersenyum padanya sembari melambaikan tangan. Nilaa membalas senyum Arthur semanis mungkin. Apakah ini kencan pertama mereka?

Saat mereka menyantap daging panggang dengan aroma daging yang kuat dan lezat, ponsel Nilaa berdering. Nilaa mematikan ponselnya saat tahu kalau yang meneleponnya adalah bosnya yang sinting.

"Aku seneng banget bisa makan malam sama kamu, Laa."

"Aku juga."

"Bagaimana kalau nanti aku antar pulangnya?"

"Ya, boleh."

Hening.

"Aku boleh bertanya sesuatu?" Nilaa memperhatikan ekspresi Arthur dengan serius.

"Ya, tentu."

"Ini soal Elena. Aku dengar dia sekarang pacarmu." Nilaa agak takut membuat Arthur tidak nyaman dengan pertanyaannya tapi dia harus tahu kebenaran gosip yang beredar.

Arthur tersenyum simpul. "Dia bukan pacarku, Nilaa. Dia itu temanku. Aku dan Elena sangat dekat. Hubungan kami seperti kakak-adik saja."

"Oh, lalu kenapa dia putus dengan Julian? Apa benar karean Katty?"

Arthur terdiam sejenak. Dia menatap Nilaa. "Aku tidak terlalu tahu soal itu, Nilaa."

"Aku hanya heran saja dengan Julian, kenapa dia selingkuh dari Elena. Elena itu gambaran wanita sempurna di dunia ini. Dia memiliki segalanya."

Arthur tersenyum miris.

*** Lebih percaya Arthur atau Julian nih?

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now