Boss and Secretary - 22

1.7K 123 139
                                    

Nilaa Pov

            Julian tidak mengatakan apa pun. Tapi, aku bisa melihat matanya yang dipenuhi amarah. Dia menatapku dengan tatapan yang dingin dan menusuk seolah-olah aku ini adalah musuh dalam selimut. Dia diam saja saat aku berkata tentang pekerjaan di ruangan kami. Aku membuatkannya kopi, berbicara banyak hal, tapi dia tetap diam saja. Tetap dingin. Apakah aku telah berkhianat padanya hanya karena aku dan Arthur bercinta di dalam mobil? Aku bukan kekasih Julian. Aku dan Julian tidak memiliki hubungan apa pun.

            Aku, Suzanne, Debora dan Flynn menyantap makan siang kami. tapi, aku tidak berselera menghabiskan makan siangku. Aku lebih suka melihat Julian menyuruh-nyuruhku atau mengatai aku dengan apa pun dibandingkan harus melihatnya sedingin es.

            "Hei, Nilaa." Suzanne melambaikan tangannya di depan wajahku.

            Aku terkesiap saat menyadari lambaian tangan Suzanne yang menggusarkan lamunanku. "Ya, apa?"

            "Kamu lagi mikirin apa?" Tanya Debora penasaran dengan lumuran saus di sudut bibirnya.

            "Tidak. Aku kurang tidur. Aku tidak nyaman tinggal bersama Jasmine dan Julian."

            "Aku dengar semalam kamu kencan dengan Arthur ya?" Suzanne menggodaku.

            "Hah? Apa? Siapa yang bilang." Aku mulai panik.

            "Arthur yang cerita." Jawab Suzanne ringan.

            "Wow! Seru sekali sepertinya kisah cinta Nilaa dengan paman dari bosnya sendiri." Ekspresi Debora seperti sedang melihat anak kecil yang melakukan sulap.

            "Kamu yakin dia mengajakmu berkencan?" Flynn mempertanyakan kebenaran dari ucapan Suzanne.

            Aku heran kenapa Arthur mesti menceritakan kencan kami pada Suzanne. Buat apa dia menceritakan hal yang bahkan aku sendiri belum menceritakannya pada sahabatku.

            "Cerita dong!" Tuntut Suzanne.

            "Bukannya kamu sudah tahu."

            Suzanne memutar bola mata. "Aku ingin dengar langsung darimu. Tidak mungkin kan aku yang menceritakan dari awal sampai akhir kencanmu itu." Suzanne tertawa.

            "Ya, kami hanya makan malam."

            "Ah, masa iya." Suzanne kembali menggodaku.

            "Terserah kalau kamu tidak percaya."

            "Jawab pertanyaanku ya, kamu benar-benar kencan dengan Arthur hanya makan malam biasa?" Flynn menatapku serius. Entah kenapa ekspresi seriusnya itu malah membuatku agak takut.

            "Memangnya kenapa?" Debora bertanya apda Flynn.

            "Aku sering melihat Arthur bersama Elena. Aku hanya ingin meyakinkan saja kalau Arthur memang kencan denganmu itu artinya ada masalah antara dirinya dan Elena."

            "Mereka tidak pacaran, Flynn." Selaku.

            "Oh ya?" Tanya Suzanne dengan mimik penasaran.

            "Ya, Arthur bilang mereka hanya teman dekat saja. Dia dan Elena seperti kakak-adik."

            "Dan kamu percaya begitu saja?" Flynn mempertanyakan jawabanku.

            "Hei, memamngnya Arthur itu seperti Julian. Dia pria baik dan bijak. Usianya matang dan dia sangat tampan." Suzanne tidak terima dengan pertanyaan Flynn seolah Arthur adalah pria berengsek di dalam wajah yang alim.

            Aku menatap Flynn. Mempertanyakan apa maksud dari pertanyaannya itu. Apakah aku terlihat seperti wanita bodoh, lugu, polos dan naif?

            "Iya, terserah kalau menurut penilaian kalian Arthur seperti dewa-dewa. Tapi, ya, berhati-hati saja. Aku ini seorang pria tulen. Akan aneh rasanya kalau dia sebegitu dekat dengan Elena tapi juga berkencan dengan Nilaa."

            "Elena dan Arthur itu seperti kakak-adik. Kamu tahu tidak sih arti dari kakak-adik?" Suzanne sewot pada Arthur.

            "Ya, ya, ya." Flynn enggan berdebat dengan Suzanne yang sering lost control.

            "Intinya, kamu berhato-hati saja, Nilaa. Kita memang melihat Pak Arthur itu jelmaan pria sempuran. Tapi, kamu tahu kan di usianya berada di ujung kepala 30-an dia masih sendiri. Kita juga tahu kalau pasti banyak wanita yang mau sama Pak Arthur. Maksud Flynn, kamu harus berahati-hati saja jangan terlalu terbawa perasaan." Debora berkata sebijak motivator yang sering aku lihat di televisi.

            "Aku dan Arthur tidak sejauh itu. Kalian tenang saja, aku tahu batasan." Kataku yang meringis dalam hati karena membiarkan Arthur mengobrak-abrik tubuhku.

***

            Julian Pov

            Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana siluet tubuh Nilaa bergerak naik dan turun di atas pangkuan Arthur. Aku murka melihat adegan tak pantas itu. Aku murka karena Nilaa ternyata pergi dengan Arthur. Pria yang secara diam-diam merebut Elena dariku hingga aku terpaksa harus melepaskannya.

            Arthur memang pamanku, tapi kali ini aku tidak akan membiarkan dia mengambil Nilaa hanya agar aku kembali pada Elena dan dia tetap diam-diam bersama Elena. Dia pikir aku bodoh. Mungkin dulu aku sangat mencintai Elena. Tapi tidak untuk sekarang.

            Aku akan menjadikan Nilaa sebagai istriku. Entah bagaimana caranya tapi aku harus menjadikan dia sebagai istriku. Arthur telah bercumbu dengannya dan aku yakin kalau Arthur juga menginginkan Nilaa. Tidak mungkin dia bercinta dengan wanita lain selain yang diinginkannya.

***                                                                                          Next??? Malem ini aku juga mau update Istri Pengganti ya, besok malemnya update The Perfect CEO dan Scandal With The Boss ☺️ IG @finisah dan @finisahbooks.id

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now