Boss and Secretary - 72

793 100 3
                                    


Suzanne dan Debora menatap curiga Julian dan Jasmine. "Apa Julian mengajak Jasmine makan siang?" Suzanne menatap Nilaa.

Nilaa tidak bisa menahan kecemburuannya pada Jasmine. Sangat tolol kalau dia percaya pada ucapan Julian yang seolah-olah dia menginginkan Nilaa bukan hanya soal tubuh Nilaa.

"Mungkin." Jawab Nilaa dengan getir samar.

"Mungkin Julian hanya memberitahu sesuatu saja pada Jasmine. Dan sifatnya rahasia." Debora tidak ingin memperkeruh suasana tapi dia sendiri malah keceplosan dengan bilang 'sifatnya rahasia'. Dan Debora menyesali perkataannya.

"Nilaa, aku ingin tahu soal perasaanmu pada Julian. Tolong, jawab jujur." Suzanne menatap Nilaa dengan tatapan ala detektif.

"Perasaan?"

"Ya, aku juga ingin tahu. Tolong, jawab jujur, Nilaa." Debora setuju pada pertanyaan Suzanne.

"Aku..." Nilaa menatap kedua sahabatnya secara bergantian. Apakah dia harus mengakui perasaannya pada Julian di depan kedua sahabatnya atau tidak?

"Oke, aku harus berkata jujur pada kalian. Aku..."Nilaa memejamkan mata. Dia tidak tahan dengan pengakuannya. "mulai menginginkannya." Dia membuka matanya perlahan dan menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

"Ya, sudah pasti. Aku tahu saat kita ke bar. Kamu cemburu melihat Julian dikelilingi wanita-wanita seksi itu." Debora kembali menggigit humbergernya.

"Julian itu idaman para wanita. Sebut saja Elena, Katty dan wanita-wanita lainnya yang mungkin kita tidak mengenal mereka. Dan menurutku untuk saat ini kamu pemenangnya Nilaa. Lihat diantara ribuan wanita Julian memilihmu menjadi istrinya meskipun istri kontrak. Dia bahkan ingin kamu melahirkan anaknya." Suzanne berkata dengan mata melebar sedangkan Debora mengangguk-ngangguk setuju.

"Dia bisa menikahi model papan atas, atau seorang pebisnis wanita yang sukses atau wanita mana pun tapi dia menikahimu. Kamu menang di antara wanita-wanita lainnya. Tapi, Jasmine bisa melakukan—" Suzanne melirik Debora.

"Melakukan apa?" Debora bertanya serius.

"Maksudku, mengambil Julian dari Nilaa seperti yang ibunya lakukan pada ibu Nilaa."

"Julian dan ayah Nilaa itu dua individu yang berbeda." Kali ini Debora kurang setuju dengan pendapat Suzanne mengenai persamaan ayah Nilaa dan Julian.

"Aku harap juga begitu." Kata Suzanne ragu.

Nilaa mulai merasa waswas. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menyuruh Julian memecat Jasmine sama saja dengan sikap kekanak-kanakkan. Itu pun kalau Julian menuruti perintahnya. Bagaimana kalau Julian tidak menuruti perintahnya? Itu hanya akan menambah kekesalannya saja.

"Ekhem..."

Nilaa, Suzanne dan Debora menatap ke arah sumber suara yang berada di belakang Suzanne. Sejak kapan Flynn berdiri di situ?

"Flynn, sejak kapan kamu..."

"Kalian terlalu serius hingga tidak menyadari kehadiranku." Flynn menarik kursi kosong dan duduk.

"Kamu menguping pembicaraan kami." Suzanne berkata dengan nada sinis pada Flynn.

"Yap!" Flynn mengangguk. Dia melihat ke arah sekeliling. Lalu, meminta teman-temannya untuk sedikit menunduk. Dia menatap Nilaa dengan perasaan bersalah. "Nilaa, Julian menikahimu bukan karena dia ingin kamu atau penasaran atau apa pun."

"Lalu?" Tanya Suzanne penasaran.

Jantung Nilaa berdegup kencang saat menatap Flynn bukan akrena Nilaa mulai mencintai Flynn, tapi karena dia akan mengetahui fakta terbaru mengenai Julian yang menikahinya terburu-buru dan begitu menuntut dirinya menjadi istri sampai melunasi semua hutang-hutang ayahnya.

"Nenek Julian adalah sahabat nenekmu. Dia ingin Julian menikahimu dengan imbalan Julian akan mendapatkan tambahan kepemilikan saham perusahaan. Neneknya akan menambahkan milyaran lembar saham untuk Julian."

Nilaa ternganga. Jantungnya terasa jatuh begitu saja. Pantas Julian tidak mempermasalahkan keinginan Nilaa untuk memiliki 15% dari total keseluruhan aset Julian.

"Wow!" Debora kehabisan kata-kata.

"Kenapa nenek Julian ingin Julian menikahi Nilaa?" Suzanne masih dibuat penasaran.

"Karena nenek Julian itu sahabat nenek Nilaa. Dan ibu Nilaa dianggap sebagai anaknya. Pacar ibu Jasmine itu adalah suruhan nenek Julian."

"Apa?" Dahi Nilaa mengernyit tebal.

"Nenek Julian ingin ibu Jasmine mendapatkan penderitaan yang setimpal karena telah membuat anak angkatnya menderita berpuluh-puluhan tahun."

Nilaa merasakan napasnya yang bergerak cepat naik-turun.

"Baik sekali nenek Julian." Ucap Suzanne.

"Menyiksa orang kamu bilang baik?" Debora mempertanyakan kebaikan yang dimaksud Suzanne.

"Dia ingin Nilaa bahagia dengan caranya, Debora. Orang kaya itu suka aneh-aneh."

"Kenapa tidak dari dulu saja Nilaa diangkat sebagai cucunya seperti dia mengangkat ibu Nilaa sebagai anaknya?" Debora mulai kritis.

"Ayah Nilaa membatasi komunikasi antara nenek Julian dan ibu Nilaa. Dia baru tahu setahun yang lalu mengenai Nilaa."

"Kenapa ayah Nilaa membatasi komunikasi anatara nenek Julian dan ibu Nilaa?"

"Dia tahu kalau ayah Nilaa sudah menikah dengan ibu Jasmine."

***

Boss and Secretary (Adult 21+)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant