Boss and Secretary - 18

1.5K 136 114
                                    

Jasmine adalah adik tiri Nilaa. Nilaa pernah beberapa kali bertemu Jasmine saat hari dimana ayah mereka meninggal. Melihat Jasmine sama saja seperti membuka luka yang dengan susah paya Nilaa tutup.

Nilaa tidak membenci Jasmine tapi hatinya tak nyaman melihat Jasmine. Apalagi Jasmine datang dengan dua kuper yang artinya dia tidak memiliki tempat tinggal dan meminta untuk tinggal di rumah Nilaa.

"Hanya sementara." Ujarnya. "Aku ini adikmu, loh." Mendengar pernyataan Jasmine membuat telinga Nilaa jijik.

Setelah apa yang telah Nilaa lakukan untuk ayahnya, Sarah dan Jasmine membuat Nilaa ingin menumpahkan semua beban hidupnya. Bolehkah dia menampar Jasmine dan meludahi adiknya itu? Andai saja dia bisa melakukannya mungkin itu bisa membuat setengah lukanya mengering.

Julian sudah mengenakan kaus putih dan celana denim pendeknya. Dia memang menyukai saat seorang wanita mengagumi ketampanan dan tubuhnya yang kekar itu tapi tidak untuk Jasmine. Tidak untuk adik tiri Nilaa. Di mana Julian tahu semua hal tentang Sarah dan Jasmine. Dua parasit yang membuat Nilaa harus berjuang, bersusah payah dan berkeringat untuk melunasi hutang mereka.

Nilaa ingin menyumpah serapah di depan Jasmine, dia ingin menampar ribuan kali wajah yang telah memeras keringatnya itu. Tega-teganya ayahnya membebani dirinya untuk hutang yang jumlahnya sangat banyak yang entah sampai kapan Nilaa bisa melunasinya. Nilaa dengan kemalangannya bersusah payah membangun benteng pertahanan yang kuat untuk diirnya agar di setiap malam dia tidak menangis karena beban yang begitu memberatkan hidupnya.

            Julian yang sedari tadi diam-diam memperhatikan ekspresi wajah Nilaa ikut menahan sesak. Dia tidak perlu menjadi miskin untuk bisa berempati pada orang miskin. Dia hanya perlu melihat wajah sayu Nilaa saat ini. Melihat wajah wanita yang diperbudaknya sebagai sekretarisnya.

            "Maaf, tapi apartemen ini sudah saya sewa." Kata Julian dengan harapan bisa membantu Nilaa agar Jasmine tidak tinggal di sini.

            Dahi Jasmine mengernyit. "Sewa?"

            "Ya, aku menyewa apartemen ini dan aku perbolehkan Nilaa tinggal."

            Jasmine menoleh pada Nilaa yang memegangi kepalanya yang nyaris pecah. Berurusan dengan Julian saja sudah membuatnya stres dan frsutrasi ditambah Jasmine. Mungkin dalam beberapa jam lagi dia akan menjadi sinting.

            "Aku tidak apa-apa kalau harus tidur di sofa." Kata Jasmine setengah panik. "Aku tidak punya tempat tinggal lagi. Aku tidak punya uang dan ibuku tinggal di rumah pacarnya. Pacarnya itu mantan kekasihku dan dia membenciku sehingga dia tidak memperbolehkan aku tinggal di rumahnya."

            "Apa?" Dahi Julian mengernyit heran.

            Hening.

            "Maksudmu, ibumu berpacaran dengan mantan kekasihmu?" Julian masih penasaran dengan cerita konyol Jasmine.

            Jasmine mengangguk.

            "Mantan kekasihmu itu usianya jauh lebih tua dari kamu?" Tanya Julian lagi.

            Jasmine menggeleng. "Dia sebaya denganku."

            Julian tertawa. Tawanya makin kencang seolah sedang menertawakan kehidupan Jasmine.

            "Menarik!" Komentarnya setelah derai tawanya mereda.

             "Jadi, aku boleh tinggal di sini? Aku diusir oleh Justin saat dia tahu aku tidur di sofanya." Wajah Jasmine memerah, Nilaa yakin dia akan menangis sejadi-jadinya.

            Saat Julian membuka kedua daun bibirnya dan menolak Jasmine tinggal di apartemen Nilaa, Nilaa malah berkata, "Ya. kamu boleh tinggal di sini."

            Jasmine tersenyum. "Terima kasih, kakakku. Kamu baik sekali padaku." Dia memeluk Nilaa tapi Nilaa diam saja. Terkesan jijik dengan pelukan adik tirinya itu.

            Julian yang kesal dengan keputusan Nilaa menarik Nilaa ke kamarnya. Dia mengunci pintu kamar. Menatap Nilaa sengit karena keberadaan Nilaa hanya akan menambah bebannya. Bukan beban Nilaa tapi beban dirinya. Belum lagi tatapan Jasmine kepadanya seolah-olah menginginkan Julian. Akibat dari menjadi pria tampan dia harus berurusan dengan wanita-wanita yang menyukainya.

            "Kamu sinting ya! Tidur di mana adik tirimu itu?"

            "Entahlah." Jawab Nilaa sambil menggeleng.

            "Entah! Kalau dia tidur di sofa lalu kamu akan tidur di mana?"

            "Mungkin aku akan tidur di bawah sofa."

            "Apa?!" Julian tampak tidak menerima balasan Nilaa. "Kamu benar-benar sinting ya! kamu tidur di lantai dingin itu? Kalau kamu sakit nanti bagaimana?" katanya dengan marah.

            "Kenapa kamu peduli padaku?" Tanya Nilaa heran pada atasannya yang hanya memikirkan dirinya sendiri itu.

            "Aku tidak peduli padamu. Aku peduli pada pekerjaanku. Siapa yang akan menggantikan kamu kalau kamu sakit, hah?! Lbeih baik adik tirimu itu yang tidur di lantai."

            "Dia adikku, Julian." Nilaa keceplosan memanggil bosnya hanya dengan nama. Tapi, Julian tidak mempermasalahkan hal itu.

            "Yasudah." Julian membuka kunci pintu kamar dan membuka pintunya. "Keluar dari kamarku sekarang. Terserah kamu saja!"Katanya tanpa menatap Nilaa.

            Julian tampak seperti seorang pria yang sedang memarahi kekasihnya karena menerima orang yang telah memanfaatkan kekasihnya itu untuk tinggal di apartemennya.

***                                                                                        Aku update lagi kalo banyak yang minta update  ^^ 35 komentar aku update lagi 😁  Coming soon cerita baru aku judulnya My Boss My Husband 2. Baca cerita My Boss My Husband yang pertama dulu ya gaes ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Where stories live. Discover now