Boss and Secretary - 49

967 109 14
                                    

Julian serius mengenai niatannya untuk merevisi kontrak. Dia membutuhkan Nilaa. Bukan hanya untuk melepaskan gairahnya, tapi juga sebagai ibu dari anaknya. Entah bagaimana jalan berpikiran Julian yang mulai menginginkan lebih dari yang sudah dibuatnya di dalam kontrak pernikahan mereka.

Di menatap sembari berpikir tentang keseriusannya merevisi kontrak pernikahan Nilaa yang sedang sibuk memastikan semua laporan dari berbagai divisi sudah masuk.

Nilaa yang tidak sengaja melirik ke arah Julian melihat tatapan mata Julian. Mata biru yang masih menatapnya itu memberi kesan yang... entah bagaimana membuat Nilaa takut. Dia makin takut setelah mengingat perbincangan terakhirnya dengan Julian.

Nilaa mendekati Julian. Menatap kesal atasannya itu. Dia duduk di hadapan Julian sembari melipat kedua tangannya di atas perut. "Aku tidak mau punya anak apalagi ayahnya adalah kamu." Katanya tegas.

"Kamu belum siap menjadi seorang ibu?"

"Aku perlu menabung untuk hidupku nanti, Julian. Setelah semuanya selesai kemungkinan besar anakku nanti akan kamu ambil."

"Anak kita, Nilaa. Bukan anakmu saja."

"Aku yang mengandung sembilan bulan dan aku yang melahirkannya."

"Tanpaku kamu tidak akan bisa mengandung. Aku berperan besar untuk membuatmu hamil."

"Terserah. Aku tidak mau..."

"Aku mau."

"Julian, ini hanya pernikahan kontrak. Aku tidak mau merugikan diriku sendiri. Aku tidak ingin anakku diasuh oleh Elena."

Dahi Julian mengernyit. "Diasuh Elena? Maksudmu?"

"Mungkin saja kamu dan Elena akan kembali nanti. Entah kapan."

Julian tertawa hambar. "Aku sudah tidak tertarik dengannya sama sekali, Nilaa. Aku tetap bertahan karena dia terus-terusan mengancam akan bunuh diri. Dan aku muak karena dia tidak pernah bunuh diri. Hidupnya membosankan. Dia tidak punya kehidupan selain mengejar-ngejarku." Entah disadari Julian atau tidak dia sudah melepaskan uneg-unegnya pada Nilaa. Uneg-uneg tentang mantan pacarnya itu.

Mereka terdiam.

Hening.

"Bagaimana kalau aku memberimu 5% aset milikku kalau kamu mau memiliki anak."

Tawaran 5% dari total semua aset milik Julian yang entah berapa nilainya itu tentu sangat menggiurkan bagi Nilaa. 5% dari total kekayaan Julian sangatlah besar bagi seorang Nilaa Anderson. Dia mulai bimbang.

"Aku perlu tahu sampai kapan kita tetap menjadi suami-istri. Apa hanya sampai anakku lahir?" Nilaa mulai goyah.

Julian tersenyum kecil. "Aku belum tahu pasti."

"Kalau semisal kita berpisah aku ingin anakku tetap bersamaku." Pinta Nilaa. Dia tidak sanggup kalau harus merelakan anaknya nanti hidup bersama Julian.

Julian mungkin akan mendidik anak mereka dengan menurunkan sikap arogan, sombong dan angkuh. Tidak! Nilaa tidak ingin anaknya nanti sikapnya mirip ayahnya.

Julian menghela napas perlahan. "Seminggu denganku dan seminggu denganmu."

Hening.

"Deal?" tanya Julian menatap lekat istrinya, dia mengulurkan tangannya pada Nilaa.

Nilaa masih terdiam. Bagaimana nanti dia dan Julian bergumul di atas ranjang adalah pikirannya saat ini. Sentuhan Julian selalu membuatnya candu. Dan dia tahu hal ini akan sangat berbahaya saat dia sudah terbiasa tidur bersama Julian.

"Deal." Nilaa mencoba mengenyahkan bayangan percintaannya dengan Julian. Dia hanya ingin fokus pada aset 5% Julian.

Mereka berjabat tangan.

"Apa kamu tidak mau resign sekarang?" Tanya Julian, dia masih menggenggam tangan Nilaa.

Nilaa melepaskan tangan Julian. "Tidak." Dia menggeleng. "Saat aku hamil aku akan resign."

Pintu ruangan terbuka Adrian dan Kendrick datang.

"Halo, Pak Julian." Sapa Kendrick formal seolah-olah dia karyawan Julian.

Julian kikuk melihat kedua temannya itu datang. "Kalian datang ke sini ngapain?" Tanyanya gugup.

Adrian melirik Nilaa yang berdiri dan meninggalkan tempat duduknya. Dia terus menatap Nilaa hingga Nilaa kembali ke ruangannya di sebelah Julian.

Julian melihat tatapan mata Julian pada Nilaa. "Ekhem!"

Adrian menoleh pada Julian. "Apa dia sekretarismu?"

"Ya. Memangnya kenapa?" Julian bertanya curiga.

"Dia cantik." Puji Adrian.

Julian kesal mendengar pujian Adrian untuk Nilaa untungnya Nilaa tidak mendengar pujian dari mulut Adrian itu.

"Hei, ada Chelsea di rumah. Jangan buat masalah, Adrian." Kendrick memperingatkan.

"Aku hanya memuji astaga."

Julian ingin mengatakan kalau Nilaa adalah istrinya tapi mulutnya kaku. Dia terpaksa mengulum keinginannya itu.

*** Saingannya Bang Julian nambah lagi nih 😑

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang