103 Misi?

5K 832 57
                                    

Tak.

Curran menaruh secangkir teh hijau di atas meja dengan ekspresi wajah tabah. Dia menatap wajah Jasvier yang terlihat menikmati saat meminum teh hijau.

Saat ini, mereka berdua berada di ruang kerja pribadi Curran setelah kegaduhan yang Jasvier lakukan di ruang makan karena Curran telah mengganti kamarnya yang menjadi titik lokasi dari tempat teleportasi.

Curran mengerutkan keningnya, melihat lingkaran hitam yang terdapat di bawah mata Jasvier serta penampilannya yang terlihat berantakan.

"Yang mulia, apa anda begadang lagi?" tanya Curran.

Jasvier menaruh gelas di atas meja, lalu menghela napas panjang. "Yang mulia raja mengirim banyak berkas kerajaan untukku."

"Jadi, mengapa kau memanggilku?" tanya Jasvier.

"Kemarin, saya menghancurkan wilayah utara," jawab Curran.

"Ouh." Jasvier mengangguk singkat, lalu segera melotot tajam ke arah Curran. "Kau bercanda 'kan?" tanya Jasvier memastikan.

"Saya serius," ucap Curran tegas.

Jasvier menyentuh bagian dadanya dengan menahan napas. "Astaga."

"Yang mulia, anda baik-baik saja?" ucap Curran begitu melihat respon Jasvier.

Jasvier menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia melakukannya beberapa kali. "Astaga astaga."

"Yang mulia?" Curran mengerutkan keningnya.

Jasvier meraih secangkir teh hijau lalu meneguknya hingga habis. Helaan napas panjang keluar setelah meminum teh. Pikirannya sedikit lebih rileks setelah mendengar informasi mengejutkan.

"Bisa kau jelaskan informasi ini lebih rinci," ucap Jasvier serius.

"Tentu." Curran menjelaskan tentang kejadian kehancuran wilayah utara berserta orang-orang yang berada di dalamnya.

Tuk tuk tuk.

Jasvier mengetuk jarinya di atas meja. Dia mendengar penjelasan dari Curran dengan seksama. Lalu menghela napas panjang.

"Aku ingin melihat surat yang di kirim oleh istana," ucap Jasvier mengulurkan tangannya.

Curran memberikan surat tersebut tanpa ragu. Dia perlu tahu apa yang dipikirkan oleh raja William tentang undangan ke istana dengan mengajak Rein bersamanya.

Tatapan mata Jasvier menggelap. Dia benar-benar tidak menyukai bagaimana ayahnya bertindak. Jasvier sedikit mengetahui tentang niat ayahnya yang mengundang Rein ke istana.

Jasvier menghela napas panjang. "Yang mulia raja berniat memanfaatkan kemampuan Rein untuk menutupi kasus hilangnya wilayah utara."

Wajah Curran berubah menjadi dingin. "Yang mulia raja tidak bisa melakukan hal itu, Rein putraku."

"Tentu saja bisa." Jasvier menunjuk ke arah Curran. "Kau telah membunuh rakyatnya."

Curran mengeratkan rahangnya. "Aku tahu aku salah, tapi mengapa harus melibatkan putraku?!"

"Opini besar harus di tutupi dengan opini besar pula," sahut Jasvier datar.

Netra mata Curran berubah menjadi merah membara dengan api merah yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Curran, tenangkan dirimu," ucap Jasvier dingin.

"Caranya?" balas Curran dengan suara tak kalah dingin. Dia bangkit dari posisinya setelah kursi miliknya terbakar habis dan berubah menjadi abu.

"Tuan Curran!" seru Mark yang berdiri di depan pintu. Dia merasakan sensasi panas di dalam ruangan Curran dan segera membuka pintu. Lalu melihat seluruh tubuh Curran yang diselimuti oleh api merah.

Suddenly Became A ChildWhere stories live. Discover now