Flashback 1

68 24 35
                                    





Happy Reading




🌳🌳🌳🌳


Perlahan sinar matahari terbit dari arah timur, bersamaan suara kicauan burung terdengar sangat ramai—menyambut pagi. Angin berembus begitu tenang membuat anak laki-laki itu terhanyut dalam tidurnya.

Seorang wanita paruh baya baru saja membuka pintu kamar putranya dengan membawa sesuatu ditangan. Wanita itu sedikit terkekeh begitu melihat Brian tidur dalam posisi tengkurap. "Kamu tidak pernah berubah, Bian. Kamu masih bayinya Bunda,"

Wanita itu langsung menyalakan lilin pada kue yang ia bawa—kembali menghadap Brian. Menyanyikan sebuah lagu ulang tahun untuk anaknya.

"Happy birthday tou you ... happy birthday to you ... happy birthday ... happy birthday ... happy birthday, Bian."

Brian terkejut, sembari mengucek-ngucek kedua matanya dengan tangan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Brian terkejut, sembari mengucek-ngucek kedua matanya dengan tangan. Kemudian ia duduk, lalu merangkak seperti bayi diatas kasur—mendekat ke arah bundanya. "Bunda,"

"Sini, Sayang,"

Brian tersenyum. Ia tidak pernah menyangka akan dikasih kejutan seperti ini. Pasalnya tadi malam hanya Bastian yang dirayakan, sedangkan dirinya tidak boleh ikut bergabung dalam acara itu—serta mendapatkan ancaman dari ayahnya.

"Jangan pernah munculkan muka kamu dalam acara saya! Jika kamu melanggar ... hukuman sudah menanti kamu, ingat itu!"

"Sekarang tiup lilin, Sayang. Make a wish dulu, ya?" lamunan Brian seketika buyar. Kedua sudut bibirnya terangkat begitu mendengar suara Anggita.

Brian menurut—memejamkan matanya sebentar. Kemudian mengibaskan tangan kecilnya diatas lilin itu hingga padam. "Terima kasih, Bunda,"

Anggita tersenyum. Ia mengusap kepala Brian dan mencium singkat pelipisnya. "Sama-sama, Sayang," ucap Anggita sembari Mendekap tubuh anaknya, "sekarang kamu sudah besar, ya. Ngga terasa sudah 10 tahun aja,"

Meskipun hati kecilnya masih kecewa lantaran tidak ada pembelaan dari wanita itu, tapi tidak menutup kemungkinan untuk dirinya bahagia hari ini. "Bian sayang banget sama, Bunda," ucapnya dengan tulus

"Maaf ...," lirih Anggita seraya menundukkan kepalanya

Brian menatap mata Anggita, dari raut wajahnya nampak terkejut. Namun, beberapa detik kemudian senyum itu perlahan terukir—meneduhkan seperti angin yang tiba-tiba datang dari pelantaran.

"Ngga apa-apa, Bunda. Bunda, tidak perlu meminta maaf. Seharusnya Bian yang minta maaf sama, Bunda. Bian, nyusahin, ya?"

Wanita itu lantas menggeleng, ikut duduk di sebelah anaknya. Ia memperhatikan buliran peluh yang menetes di pelipis Brian jatuh dan menyatu dengan baju tidurnya. "Bian mau hadiah apa dari, Bunda?" tanyanya sembari menangkup pipi gembul milik Brian.

ADELIATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon