36

133 55 84
                                    




Happy Reading




🌳🌳🌳🌳

Laki-laki itu saat ini tengah duduk di kursi besi yang ada ditaman rumah sakit, menatap hamparan rumput hijau yang sangat menyegarkan mata. Sesekali ia menghela nafas berat—sampai detik ini suara riuh di otaknya sangat berisik, banyak pertanyaan yang belum bisa ia jawab.

Laki-laki itu masih belum berani untuk memecahkan masalah ini sendirian—ia masih terbayang-bayang dengan perkataan wanita paruh baya itu kemarin malam. Sebuah sentuhan di pundaknya membuat laki-laki itu terkesiap, kemudian ia menoleh lalu melihat siapa yang sudah datang.

"Ada apa Ka? Kenapa lo ngumpulin kita semua disini?" Tanya Nathan dengan mimik wajah serius

"Gue minta tolong sama lo semua ... bantuin cari buktinya, gue harus jeblosin si anjing itu ke penjara!"

"LO GILA KA!" Teriak Elvano hingga membuat semua orang menatap tajam kearahnya.

"Eh maaf-maaf. Gue keceplosan," balas Elvano cengengesan

"Ka. Lo serius mau bawa kasus ini ke kantor polisi? Mbok Juminten sudah kasih peringatan sama kita," tanya Nathan memastikan ulang perkataan laki-laki itu

"Gue serius! Kalo lo semua ngga mau bantu gue, ngga apa-apa. Gue bisa sendiri kok,"

"Jangan gila lo! Oke fine, kita akan bantu lo. Tetapi, lo jangan gegabah! Ingat dengan ucapan Mbok Juminten tadi malam,"

Askara mengangguk. Tentu saja ia tidak lupa, apalagi pura-pura. "Iya. Gue juga ngga mau mati sia-sia njing,"

"Oke kita harus kemana dulu ini?" Tanya Fatih yang akhirnya ikut bersuara, sedari tadi laki-laki ini hanya menyimak percakapan teman-temannya.

"Kita pergi kerumah Adel dulu." Ujar Askara menginterupsi

" Ujar Askara menginterupsi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu jam kemudian. Askara menatap bangunan megah di hadapannya. Banyak foto-foto yang terpampang jelas disana. Semua temannya terus mengikuti langkah Askara untuk masuk lebih dalam.

Banyak foto Adelia dan adiknya disana. Mata itu terus menelusuri seisi rumah hingga ia tak sengaja menatap satu buah foto keluarga berukuran besar, yang terpampang jelas disamping tangga—menuju lantai dua.

Kenapa foto itu ditutup

"Den Kara,"

Wanita paruh baya itu berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka dengan satu kemoceng di tangannya.

"Aden mau ngapain disini?" Tanyanya

"Mbok, Izinkan kami mencari buktinya, saya mohon mbok,"

"Aden gila! Mbok sudah bilang ... jangan pernah ikut dalam masalah ini, nyawa taruhannya, Den!"

ADELIAWhere stories live. Discover now