34

168 63 95
                                    





Happy Reading




🌻🌻🌻🌻

Hampir sudah dua jam berlalu, dan belum juga ada tanda-tanda dokter yang menangani Adelia akan keluar—membuat laki-laki itu terus di hantui dengan rasa cemas dan ketakutan.

Askara sudah sangat kacau, tubuhnya yang masih basah kuyup tampak bergetar. Laki-laki itu tidak pernah menangis sepilu ini—meraung memenuhi lorong rumah sakit.

"Tuhan kasih dia waktu sekali lagi ... sekali lagi. Gue mohon! Jangan ambil dia ... jangan dulu ... kasih dia waktu sekali lagi untuk bahagia, Tuhan!!" Askara terduduk di bawah lantai dan bersujud  memohon pada Tuhan-nya—berharap semua teriakan pilunya didengar oleh yang kuasa.

"Arghhh ... Kenapa bajingan itu tidak mempunyai sedikit pun belas kasihan pada anaknya, bangsat!!" Askara memukul-mukul ubin lantai untuk menyalurkan semua kekesalannya. Ia tidak begitu perduli lagi dengan tangannya yang sudah mengeluarkan darah—akibat pukulan kerasnya, pada lantai rumah sakit.

"Den Kara. Jangan begini, Den. Kita berdoa aja untuk Non Adel, semoga tidak terjadi apa-apa sama Non Adel," ucap Mbok Juminten sambil mengusap lembut punggung Askara—berusaha memberi ketenangan pada laki-laki itu.

"T--takut mbok. Adelia kelihatan damai banget tadi. Dia sudah ngga mau lagi berjuang, mbok ... d--dia anak baik ... dia ngga boleh pergi dulu, mbok. Tuhan ngga boleh jemput d--dia," racau Askara, sambil memukul-mukul dadanya yang kini terasa sesak

"Anjing aja bisa sayang sama anaknya, mbok? Kenapa bajingan itu tidak bisa ... apa dia bukan manusia, mbok?!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Askara langsung menundukan kepala dan menutup wajah dengan kedua tangannya, dengan posisi bersandar di dinding rumah sakit—bahu laki-laki itu tampak terguncang kala tangisnya semakin pecah.

 apa dia bukan manusia, mbok?!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Askara langsung menundukan kepala dan menutup wajah dengan kedua tangannya, dengan posisi bersandar di dinding rumah sakit—bahu laki-laki itu tampak terguncang kala tangisnya semakin...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Di dalam ruang ICU

"Dokter! Nadi pasien melemah!" Teriak suster yang tiada hentinya memberikan CPR pada dada gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dokter! Nadi pasien melemah!" Teriak suster yang tiada hentinya memberikan CPR pada dada gadis itu

"Dok. Jantung pasien berhenti berdetak, kita harus gimana, dok?" teriak suster lainnya—yang sedang fokus, dalam bertanggung jawab pada alat Elektrokardiogram—untuk menilai kesehatan jantung secara menyeluruh, termasuk mengukur detak jantung seseorang.

ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang