37

147 47 69
                                    





Happy Reading




🌳🌳🌳🌳

Ia terlahir dari latar belakang keluarga yang kaya raya. Ibu seorang model dari brand ternama dan ayah seorang CEO di salah satu perusahaan yang di pegang oleh kakeknya. Mereka adalah gambaran keluarga yang sederhana, hangat dan ceria. Hingga pada akhirnya kecelakaan itu menewaskan satu nyawa yang sangat berperan penting dalam keluarga. Kehilangan ibu, membuat semuanya berubah seketika. Sosok ayah kandung yang membencinya, setiap perkataan yang keluar dari mulut hanyalah kata-kata kotor. Saudara satu rahim pun ikut membenci dirinya, ia juga sering di asingkan oleh keluarganya. Sungguh kuasa Tuhan, Ia bisa tumbuh besar tanpa figur seorang ayah.

Saat itu, ia baru genap umur sepuluh tahun dan ia harus kehilangan ibunya dalam waktu hitungan detik. Namun, puncak dari segala hal yang membuat dirinya marah pada takdir adalah ketika ia sudah menemukan kebahagiaan yang tidak pernah ia dapatkan dari keluarganya. Tetapi, Tuhan punya takdirnya sendiri, kematian kembali memeluknya. Ia kehilangan sosok istri yang sangat di cintai. Sosok iblis itu sudah menghabiskan nyawa orang yang tak bersalah.

####

"Kalo gue pergi sekarang, terus minta izin sama Ayah di bolehin ngga, ya? Andira membatin sendiri. "Hmmm. Tapi, kalo ngga izin, nanti Ayah malah marah lagi. Bisa-bisa gue ngga di bolehin beneran,"

Gadis itu benar-benar tidak mau hilang kesempatan untuk besuk kakaknya. Maka dari itu, ia mengambil jalan aman. Gadis itu lebih memilih untuk meminta izin terlebih dahulu. Tetapi, sesampainya didepan ruang kerja Bastian, ia tak sengaja mendengar percakapan dua orang yang sedang beradu argumen. Ia memutuskan untuk lebih mendekat keruangan itu.

"Masuk ngga, ya?" Monolognya. "Eh engga deh, nanti di kira ngga punya sopan santun lagi,"

Andira lebih memilih menunggu dengan posisi berdiri didepan pintu-sampai orang itu selesai mengobrol dan keluar dari ruang kerja ayahnya. Gadis itu pikir, ini lebih baik.

"Gimana soal pembunuhan Kirana? Apa rahasianya masih aman?" Tanya pria lain. Hingga membuat Andira tertegun lama-jantungnya berdetak lebih cepat, apa kata pria itu tadi, pembunuhan? Bundanya?

Sebenarnya ia sadar jika tindakannya sekarang, terlihat sangat tidak sopan. Karena, sudah berani menguping pembicaraan orang yang lebih tua. Namun, mau gimana lagi kedua telinganya masih berfungsi dengan jelas. Ia juga sedikit penasaran, apa yang sedang mereka obrolkan, hingga membuat wajah ayahnya begitu marah.

"Tenang saja, kasus itu sudah saya tutup dari lama." Sontak pria itu langsung menyenderkan punggungnya, lalu menaikan satu tungkai kaki kanannya dan di letakkan diatas tumpuan pada lutut kaki kirinya. Terlihat sangat beribawa, bukan? Apalagi di sandingkan dengan suara berat dan iris mata yang sangat tajam. "Seenggaknya yang mereka tahu jika Kirana mati itu akibat tabrakan yang tak sengaja. Bukan, karna di sengaja,"

"Dimana kamu menyembunyikan dia?" Pria itu ikut duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu. "Apakah dia masih bernyawa?" Tanyanya lagi.
"Sudah bertahun-tahun kamu mengambil peran menjadi dia, apakah kamu belum cukup puas?"

"Tentu saja, saya belum puas!" ucap pria itu sambil tersenyum culas pada gelas wine yang ia pegang dengar erat hingga memperlihatkan urat-uratnya.

"Tentu saja, saya belum puas!" ucap pria itu sambil tersenyum culas pada gelas wine yang ia pegang dengar erat hingga memperlihatkan urat-uratnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ADELIAWhere stories live. Discover now