ᎻᎪᏞᏆᏞᏆΝͲᎪᎡ

Start from the beginning
                                    

Dan disini lah mereka, rumah yang ramai dan hangat hanya diisi oleh 7 orang di dalamnya. Tiada hari tanpa perkelahian atau perdebatan dan teriakan. Rumah yang selalu berisik dan pasti akan menyimpan banyak kenangan di masa mendatang. Hali bersyukur memiliki saudara seperti mereka. Ya walau pun tidak sesuai dengan keinginannya, mereka tetap menurut pada Hali sewaktu waktu.

Kembali dimana tentang ekspresi diri, semenjak perubahan tubuh ini terjadi. Hali sering bertanya tanya pada dirinya sendiri. Apakah ini aku? Kenapa aku begini? Ada apa? Mengapa? Semua terlintas di kepalanya. Menjadi seorang perempuan adalah pemikiran yang tidak pernah ada di daftar keinginan nya itu.

Ini menyusahkan, menyebalkan, dan memalukan. Tidak ada lagi tubuh bagusnya, yang ada malah tubuh kecil dan ramping seperti kurang gizi ini. Tidak ada lagi bagian yang biasanya dia lihat saat mandi, melainkan hal yang tak seharusnya dia lihat. Jangan bertanya apakah dia malu atau tidak, tentu saja iya. Itu badannya, tapi bukan dirinya.

Oh ayolah, Hali hanya ingin kembali seperti semula. Dia tidak mau terus seperti ini. Membiarkan perasaannya membuncah keluar. Bukan memendam. Semenjak itulah Hali lebih bisa mengekspresikan dirinya sendiri. Bahkan dia sempat berdebat dengan Taufan dan Gempa yang seharusnya anak itu kalem tapi malah menjadi menyebalkan jika bersamannya kadang kadang.

Dia jadi lebih sering tersenyum pada Thorn untuk mengatakan semua akan baik baik saja. Jadi lebih sering membiarkan Ice tidur dengannya, membiarkan Blaze menganggu walau akhirnya dia juga akan berkelahi dengannys. Jadi lebih sering menyemangati Solar dengan terang terang, yang tidak terang sekali.

Semua terjadi begitu saja selama hampir 2 minggu ini. Dan dia juga mulai terbiasa, sedikit. Walau dia sering merasa aneh jika ada lelaki yang menyentuh tubuhnya tanpa izin selain saudaranya. Tubuhnya merasa.. errr, merinding. Entah itu reflek atau apa. Tapi tubuhnya merasa tidak nyaman.

Dia menjadi lebih sering mudah takut terhadap sekitarnya. Dan ini bukan pertama kalinya terjadi.

Tok tok tok

Pintu terketuk dan membuyarkan lamunan Hali. Hali yang ada didalam kamar, menatap langit melalui jendela dengan posisi duduk di meja belajar kini harus menoleh kearah pintu dan pergi membukanya.

Belum sempat terbuka, pintu itu malah terbuka(baca:terbanting) duluan hingga membuat Hali terhentak kaget di tempatnya.

"Kak Hali!!" Solar dan Ice disana berdiri dengan wajah panik.

Hali menatap bingung, "Kenapa?"

"THORN, KAK!!"

===

"Ukh.." tubuh kecilnya tersungkur jatuh dijalanan sepi. Ujung bibirnya terluka dengan berbagai luka lebam ditubuhnya.

Tenaganya habis untuk menghajar mereka yang tidak ada habis habisnya dari tadi menggunakan jalan licik dengan menyentuh tubuhnya.

"Hmm? Kenapa? Tubuhmu sensitif banget sih?" senyuman miring menyeramkan itu membuat Thorn diam di tempat dengan perasaan takut menjalar keseluruhan tubuhnya.

"P–Pergi" Thorn bersuara serak. Dirinya lelah sehabis dipukuli. Tubuh ini membuatkan jauh lebih lemah dari biasanya, bahkan lebih sensitif jika disentuh.

Pria parubaya yang berpakaian seperti preman itu terlihat menghampirinya. Ada 5 orang disana, dan mereka semua memang sudah memerhatikan Thorn dari tadi.

Magic Potion [END]Where stories live. Discover now