ՏᎷᎪᏞᏞ ᎬᎡᎡϴᎡ

Mulai dari awal
                                    

"Hm, sudahlah. Daripada itu, kau bisa bantu aku mengikat rambut bodoh ini?" tanya Halilintar.

Gempa diam sejenak. Mengikat rambut? Bukan hal biasa yang bisa dia lakukan. Biar bagaimanapun dia tidak pernah punya saudara perempuan, jadi dia tidak begitu tau. Walaupun dikelasnya dia sering melihat teman sekelasnya yang cewek mengikat rambut.

"Gem? Bisa gak? Kalo gak bisa aku mau minta bantuan yang lain aja" Halilintar menyadarkan Gempa dari lamunannya.

"Eh, bisa di coba kok, kak" jawab Gempa tersenyum. "Kak Hali ada karet?"

Hali menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, aku suruh kak Taufan beli dulu. Kak Hali tunggu bentar" baru saja ada ke ruang tengah mencari Taufan, anaknya tiba tiba memunculkan dirinya di depan sana.

"Eh, kak Taufan"

"Iya?"

"Beliin karet dong"

Alis Taufan mengernyit, "Karet? Karet apa? Buat apa?" tanyanya.

"Karet rambut, ya buat ikat rambut lah, kak" jawab Gempa datar.

"Ohhh, buat siapa?"

"Kak Taufan mau kemana?" Thorn datang dari belakang Taufan.

"Buat saudara cewek kakak tuh" Gempa menjawab pertanyaan Taufan tadi. Thorn merasa sedikit tersindir.

"Thorn bukan cewek, kak!" dia mengembungkan pipinya.

"Tapi sekarang iya, kan?"

"Hmph, kak Gempa nyebelin"

Gempa terkekeh geli.

"Yaudah, kalo gitu aku pergi dulu!" Taufan pamit.

"Kak, Thorn mau ikut boleh?" tanya Thorn dengan mata berbinar.

"Errr.." Taufan menatap ragu. Dia menatap Gempa seakan akan meminta tolong.

"Bawa aja, kak. Pakein topi biar kan keliatan" ucap Gempa dengan wajah tanpa merasa bersalah sama sekali. "Tapi kalo gak pake juga gak papa sih, gak bakal ada yang nyadar. Paling ntar dikira kak Taufan udah punya pacar aja"

Thorn menatap horor. Hali sendiri terlihat memalingkan mukanya karna menahan tawa.

Taufan mendengus karna adiknya tidak bisa bekerja sama, "Asal kau tau saja, Gem. Dengan begitu artinya para tetangga terutama ibu ibu pasti bakal nanya nanya soal Thorn. Tinggalnya dimana? Umur berapa? Anak siapa?" dumelnya yang sepertinya sudah hapal dengan tingkah tetangga mereka yang rumahnya memang saling berjauhan. Gempa menyengir watados mendengarnya. "Thorn, cepet ambil topimu gih. Aku tunggu disini" kata Taufan.

"Okey!!" Thorn berlari pergi ke kamarnya dan segera keluar dengan topi hitam polos di kepalanya.

Mata Taufan memincing tajam kala topi itu diarahkan miring seperti biasanya Thorn pakai, dia membenarkan sayap topi itu mengarah kedepan dan menekannya kebawah sedikit hingga menutupi wajah adiknya.

"Kak Taufan! Kenapa dilurusin.."

"Biar mukamu gak nampak benar, Thorn. Kalo nampak yang percuma, gausah pake topi kalo gitu. Udah, ayo. Kami keluar dulu, Gem" Taufan menarik Thorn keluar rumah.

Magic Potion [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang