ᏴᎬᏟϴᎷᎬ Ꭺ ᏀᏆᎡᏞ

Start from the beginning
                                    

"Apa perlu kita tarik dia ke gudang?"

Ice mengerinyitkan keningnya. Apa maksud mereka, anjir?!! Ice sudah cukup sabar untuk tidak keluar dan menghajar para manusia di luar sana.

"Parah sih kau, kalo kakaknya tau aku gak mau ikut campur"

"Gak bakalan. Hmm, itu ide yang lumayan bagus kan?"

"Iya sih, aku muak liat kesombongan nya tiap hari. Setiap ada ini itu selalu saja percaya diri lebih dulu, padahal belum tau gimana akhirnya"

"Ya akhirnya dia tetap bisa lakuin sih"

"Diam kau"

"Jadi, kapan mau ajak dia ke gudang?"

"Parah banget, anjir. Kakak kakaknya bakal menghajarmu kalo mereka tau"

"Hahaha, gak bakalan! Liat aja nanti"

Ice mengelus bahu Blaze untuk menenangkannya, "Ssst.. tenanglah, kak" bisiknya dengan lembut. Dia tau kalau kakaknya itu pasti sedang takut mendengar rencana yang akan di lakukan padanya.

Tatapan Blaze meneduh mendengar bisikan itu.

Suara suara keran air mulai hilang satu persatu. Langkah kaki terdengar menjauh dari kamar mandi bersamaan dengan pintu yang tertutup. Dirasa sudah aman, Ice mengintip dibalik celah pintu kamar mandi.

"Udah aman, ayo keluar"

Blaze menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pun keluar dari bilik.

"Ice, menurutmu apa aku terlalu sombong?" tanya Blaze.

Ice menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau sombong tapi bisa menepati ucapanmu. Kalo sombong tapi gak bisa nepatin sama aja dengan bohong"

Blaze melirik takut takut, wajah Ice terlihat serius saat mengatakan itu. Ia yakin pasti Ice akan menghajar orang itu tidak lama lagi.

"Ayo keluar. Tapi sebelum itu perbaiki dulu rambutmu"

"Ba–Baiklah.."

Kini lonceng berbunyi menandakan jam istirahat telah tiba. Semuanya bersiap-siap akan pergi ke kantin saat itu juga. Tapi berbeda dengan Thorn yang terlihat tidak semangat pergi saat ini.

"Ayo kak" ajak Solar berdiri dari bangkunya.

"Mager ahhh" Thorn membaringkan kepalanya di meja dengan wajah malas.

"Jangan mageran kayak kak Ice. Ayo, kakk! Aku lapar!" ucap Solar menarik narik tangan Thorn.

Thorn hanya bisa pasrah jika sudah ditarik Solar.

Dug

"Aw"

"Ck, jalan yang bener dong!"

Thorn menatap tidak terima dengan wajah imutnya itu. Padahal dia baru saja bangkit dari kursinya dan hendak keluar, tiba tiba saja ada yang menyenggol bahunya.

"Yo, Fang! Lama gak ketemu! Kau kemana aja?" Solar menyapa lelaki itu.

"Biasa, jalanin misi dari abangku" jawab Fang sambil membalas dengan lambaian kecil. Dia melihat kearah Thorn yang sedang cemberut itu, "Ada apa denganmu, tumben sekali diam. Biasanya kau akan jadi yang paling heboh dari Solar" dia menangkup dagunya dengan tatapan curiga.

Magic Potion [END]Where stories live. Discover now