ALL TO WELL

730 45 6
                                    

Sebulan kemudian,

"Mama, ini handuk untuk Papa." Xaviera menyerahkan sebuah handuk berukuran kecil pada Siska, namun Mama terkasihnya itu masih belum menyelesaikan pekerjaannya

Siska sendiri sejak tadi tengah sibuk meng washlap tubuh Saga. Wanita cantik itu baru menoleh ke arah sang putri setelah ia membersihkan punggung Saga.

"Terimakasih,sayang. Kamu boleh kembali sekarang." Sahut Siska sambil meminta handuk kecil itu dari sang putri

Xaviera hanya tersenyum senang menanggapinya. Gadis kecil itu enggan beranjak dari sisi sang Mama. "Mama."

"Apa,sayang?" Sahut Siska tanpa mengalihkan pandangan dari Saga.

"Kapan Papa akan bangun? Xavi sudah menghitungnya, dan ini sudah lebih dari 40 hari,Mama."

Siska langsung menghentikan kegiatannya yang semula memasangkan underpad sekali pakai di belakang punggung Saga. Siska ingin berkilah, dan menghindari pertanyaan itu. Namun dia sadar kalau tidak akan bisa menghindar dari pertanyaan itu. Menjawabnya pun akan sulit, karena Siska sendiri tidak tahu kapankah Saga akan bangun dari tidur panjangnya. Sudah hampir 3 bulan dan kedua kelopak mata Saga masih terpejam erat. Selang ventilator bahkan masih terpasang di dalam mulutnya.

"Mama, i'm asking you." Tanya Xaviera lagi dengan nada yang lebih tegas

Gadis kecil itu bahkan melipat kedua tangannya ke depan dada. Tanda kalau dia tidak ingin dibantah

Siska memutar kedua bola matanya dengan jengah. "See, blood is thicker more than water." Siska menggeleng seraya menoleh ke arah Saga yang masih memejamkan kedua matanya dengan erat. "She's a girl version of you." Sambungnya lalu kembali mengarahkan pandangan ke arah Xaviera.

Siska menjawabnya dengan gelengan yang samar. "Mama juga belum tahu,sayang. Mungikin, Papa masih betah berada dalam alam mimpi. Papa masih merasa nyaman disana."

"Nyaman?! Gimana bisa?! Papa melupakan aku?!" Kata Xaviera tiba-tiba dengan nada yang tinggi, oh dan jangan pernah melupakan komuk gadis kecil itu yang sengaja dia setel semanis mungkin.

"Papa tidak akan melupakanmu,Xavi. Jangan berpikiran buruk pada Papa." Ujar Siska

Xaviera tersenyum senang, "Tentu saja. Papa tidak akan bisa melupakan putri cantiknya itu." Seru Xaviera

Siska hanya bisa menggeleng dengan tingkah Xaviera. Entah darimana dia menuruni genetik itu. Narsis dan sedikit bawel. Jika soal bawelnya, Siska bisa menjamin kalau itu menurun dari Saga.

Siska melirik jam di pergelangan tangannya, dan dia sadar kalau sudah waktunya menyiapkan makan siang untuk Xabiru dan Xaviera. Sebentar lagi, Marcel pasti akan datang dan mengantarkan Xabiru dari les pianonya.

"Xavi, Mama harus memasakkan makan siang untukmu dan Kakak. Tolong tunggu disini dan jaga Papa dengan baik." Siska mengangkat wadah berisi air yang sejak tadi dia gunakan untuk menyeka tubuh Saga. "Kalau ada apa-apa, langsung panggil Mama."

"Jangan khawatir,Mama. Aku akan menjaga Papa." Seru Xaviera

Siska lega mendengarnya. Wanita itu bergegas keluar dari dalam kamar Saga. Sebetulnya, Siska coba menghindari lebih banyak pertanyaan dari Xaviera. Putri kecilnya itu terlalu cerdas dan cerewet. Hingga seringkali membuat Siska pusing dengan berbagai pertanyaan yang diajukan Xaviera padanya.

"Lebih baik aku fokus dengan masakanku. Terlalu lama bersama Xaviera hanya akan membuatku pusing." Ujar Siska sambil terkekeh kecil

Hingga 30 menit kemudian, Siska sudah menyelesaikan masakan khusus untuk kedua anak kembarnya. Wanita cantik itu bergegas masuk kembali ke dalam kamar Saga. Siska yakin kalau Saga juga akan pusing jika terus mendengarkan celotehan random dari Xaviera meski suaminya itu masih betah terlelap dalam tidur panjangnya.

DESTINYWhere stories live. Discover now