FORCED

763 34 12
                                    

San Fransisco, Amerika Serikat

.

Setelah melakukan penerbangan selama kurang lebih 18 jam menggunakan pesawat pribadi. Akhirnya,Saga mendarat dengan selamat di San Fransisco yang menjadi tujuannya.

Saga berjalan keluar bersama dengan Kevin yang memapah tubuhnya. Bukan tanpa alasan. Melakukan perjalanan selama belasan jam membuat tubuh Saga terasa lemas dan kaku. Lelaki itu merasa sangat berat untuk melangkahkan kedua kakinya.

"Kau gila?! Aku tidak akan sudi menggunakan benda terkutuk itu!" Dan masih lebih banyak lagi umpatan yang harus di terima Kevin

Kini,keduanya sudah berada di atas mobil yang merupakan mobil jemputan khusus untuk mereka.

Kevin berniat untuk membawa Saga keluar menggunakan kursi roda,namun ditolak mentah-mentah. Bahkan,Saga hampir mengamuk di pintu kedatangan karena ide dari Asisten sekaligus sahabatnya itu.

Saga menghela nafas,mencoba untuk merasa lebih nyaman. Anehnya,seluruh tubuhnya terasa sangat kaku. Dia masih bisa merasakan betis-betisnya tapi kedua kakinya terasa seperti dicor menggunakan semen. Sangat sulit jika digunakan untuk melangkah.

Ketika Saga mencoba untuk merogoh ponsel yang ada di sakunya. Jemarinya terasa begitu kaku,seperti mati rasa untuk selamanya

Apa-apaan ini? Batinnya

Satu hal yang ada dipikiran Saga saat ini hanyalah penyakitnya yang kambuh. Untungnya, Saga punya waktu untuk beristirahat di hotel setelah ini. Dia bisa memanggil Dokter pribadinya untuk datang dan memberikan obat padanya.

"Kev,tolong hubungi Sofia. Katakan kalau kita sudah mendarat dengan selamat." Perintah Saga

Kevin bingung harus bagaimana menjelaskannya pada Saga. Kevin bahkan sudah berusaha menghubungi Sofia sesaat sebelum mereka turun dari pesawat tapi tidak bisa. Sofia tidak menjawab panggilan telepon darinya.

"Saya sudah berusaha menghubungi Nyonya tapi..."

"Tapi apa?" Sahut Saga yang mulai merasa khawatir

"Nyonya tidak menjawab panggilan dari saya." Ujar Kevin

Saga mengerutkan keningnya. Ia berusaha kerasa untuk mengeluarkan ponsel dari sakunya. Akhirnya,berhasil dan Saga langsung menekan tombol memanggil pada kontak milik Sofia

Saga berharap cemas. Panggilannya tersambung tapi tidak ada jawaban apapun dari seberang sana. Saga sudah tidak bisa berpikiran positif.

Saga melirik jam di pergelengan tangannya. Pukul 08.00 malam waktu setempat. Itu artinya,sekarang adalah pukul 10.00 pagi di Jakarta. Saga sangat mengenal Sofia. Istrinya itu tidak mungkin sedang tidur di jam seperti ini. Sofia bahkan sangat rajin melakukan yoga dan senam mendekati waktu persalinannya.

"Perasaanku tidak enak, Kev. Hubungi anak buah kita yang ada di Jakarta. Dan minta mereka untuk memperketat penjagaan pada Sofia." Perintah Saga

Tidak lama kemudian. Saga dan Kevin tiba di hotel yang akan menjadi tempat mereka menginap selama di kota ini. Saga menolak untuk tinggal di rumah milik Kakek Ulung yang juga ada di kota ini. Melihat wajah Saga yang makin pucat. Kevin meminta sahabatnya itu beristirahat dulu malam ini. Kevin berjanji kalau dia yang akan mengurus permasalahan Sofia.

"Beristirahatlah dulu,Saga. Kau kelelahan. Masalah Sofia,biar kau serahkan padaku."

Saga tidak bisa menolak kali ini. Tubuh dan keinginannya sedang tidak sinkron. Hasilnya, Saga langsung terlelap segera setelah tubuhnya terbaring di atas ranjang berukuran besar yang ada di kamar presiden suite yang dia tinggali.

DESTINYWhere stories live. Discover now