IN YOUR ARMS

836 50 7
                                    

Kediaman Pribadi Siska,

Ambulance yang membawa Saga berhenti tepat didepan mansion pribadi milik Siska.

Para petugas medis segera menurunkan brankar Saga lalu mendorongnya masuk ke dalam mansion, sesuai dengan arahan dari Siska.

"Langsung ke lantai atas saja." Ujar Siska pada para petugas medis

Lalu Siska sendiri ikut menyusul bersama dengan Dokter Zayn. Sebetulnya, Dokter berusia 44 tahun itu masih bingung dan tidak mengerti bagaimana bisa dia berakhir di tempat ini bersama dengan Siska.

Dokter Zayn takut dengan amarah dari Kakek Ulung. Namun juga tidak bisa menghentikan Siska yang membawanya pergi dengan menggunakan ancaman.

Saga akan menghuni kamar di lantai atas. Kamar ini dahulu adalah kamar pribadi Sofia dan Saga. Karena mansion ini sendiri adalah mansion milik mereka.

Setelah Saga sakit, ditambah dengan kecelakaan yang memperburuk kondisinya. Mansion ini terbengkalai, bahkan Kakek Ulung memerintahkan agar mansion ini dijual. Alasannya sederhana, Kakek Ulung ingin menghapus seluruh jejak Sofia dari kehidupan Saga maupun Keluarga Manggala.

Dan Siska berhasil mendapatkan kembali mansion ini melalui Tristan. Tristan lah yang berhasil memenangkan mansion ini dan membelinya saat developer memasarkannya 5 tahun lalu. Tristan tahu kalau mansion tersebut adalah kenangan terindah Saga dan Sofia. Tentu saja, Sofia tidak akan pernah rela jika mansion yang menjadi saksi bisu kebahagiaan singkatnya bersama Saga harus jatuh ke tangan orang lain.

"Pastikan seluruh peralatan medisnya sudah terpasang dengan benar. Cek juga kondisinya, terutama jalan nafas dan detak jantungnya." Dokter Zayn memberikan perintah pada kedua perawat yang juga ditarik paksa oleh Siska untuk mengikutinya

Siska memilih untuk mengamati dari luar. Dia tidak ingin mengganggu apalagi menghalangi Dokter Zayn untuk merawat Saga. Siska mengamati dengan cemas, dia sempat merutuki perbuatannya yang membawa Saga keluar dari rumah sakit. Namun, Siska tetap meyakinkan dirinya sendiri kalau ini memang yang terbaik.

Dari samping, Marcel terus mengawasi ekspresi dan tingkah Siska. Marcel tahu kalau kekhawatiran terbesar Siska hanyalah Saga.

"Jangan khawatir,Nona. Tuan Saga akan baik-baik saja." Ujar Marcel

Siska hanya menanggapi dengan anggukan samar. Kedua netranya tidak bisa lepas dari Saga.

Hingga, Dokter Zayn berjalan keluar di ikuti dengan dua perawat. Mereka sudah selesai melakukan pemeriksaan sekaligus memasangkan seluruh peralatan medis yang di butuhkan oleh Saga hingga dia sadar nanti.

Helaan nafas panjang lolos dari bibir tebal Dokter Zayn. Lelaki itu mengusap kacamata yang bertengger diatas hidung mancungnya lalu tatapannya terfokus pada Siska.

"Bagaimana? Saga...baik-baik saja,kan?"

Dokter Zayn mengangguk-anggukan kepala. "Baiklah...anda tidak perlu khawatir,Nona. Saat ini, kondisi Tuan Saga cukup stabil. Tidak ada gangguan apapun. Kita hanya perlu menunggu hingga beliau sadar dari komanya." Ucapan Dokter Zayn terjeda ia mengamati perawat dan Siska secara bergantian. "Meski saya tidak tahu, kapan beliau akan kembali membuka kedua matanya." Sambungnya lagi

Siska memejamkan kedua matanya dengan erat. Ini bukanlah jawaban yang ingin dia dengar namun terpaksa harus tetap dia dengarkan bahkan harus dia terima.

Sorot mata Siska yang biasa terlihat tajam kini menyorotkan sebuah tatapan yang mengiba dan penuh harapan pada Dokter Zayn.

"Dokter, dengan seluruh kerendahan hati saya. Saya mohon, bawa Saga kembali pada kami semua yang mencintainya. Selamatkan Saga untuk saya dan kedua anak kami." Suara Siska mulai terdengar serak. Pandangannya teralih pada Saga yang masih terbaring diatas brankar di dalam kamar itu. "Saya...tidak peduli seperti apa keadaan dan kondisi Saga nanti. Cukup biarkan dia tetap hidup untuk waktu yang lama. Bersama kami semua yang mencintai dia."

DESTINYWhere stories live. Discover now