KM 14 - Terus Melangkah Melupakanmu

3.7K 616 207
                                    

Sasha SMA
Keren orangnya, Han. Mapan, matang, masa depan cerah. Udah gede gini mah enggak butuh cowok populer, butuhnya om-om tajir. Yuhuuu~

Tita SMP
Mau tahu aja loooo. Udahlah, lo ngejauh aja! Mundur! Yang jauuuh sana ke laut! Indira udah nemu calon suami! Dasar inisial R!!

"Kampret lo semua."

Raihan menghempaskan ponselnya ke meja. Seharian ini matanya bolak-balik melihat layar laptop dan ponsel, entah gelisah karena apa. Kadar kegelisahannya jadi meningkat setelah mendapat jawaban tak memuaskan dari Tita dan Sasha.

Matanya beralih ke jepit rambut transpran di tangannya. Jepit rambut Indira tertinggal di mobil kemarin. Dulu ia tinggal melesat ke rumah Indira untuk mengembalikan barang, tetapi kini ia harus memutar otak memikirkan bagaimana cara mengembalikannya. Raihan memutar-mutar jepitan itu di tangan, mengikuti pikirannya saat ini.

"Rai!"

"MAMPUS." Raihan terlonjak kaget saat pundaknya ditepuk, hampir melempar jepitan secara refleks.

Andara ikut kaget. "Eh, kenapa lo?"

"Enggak, enggak. Tadi Bang Irfan ngasih link bagus banget," alibinya, yang lalu disadari terdengar ambigu. "Link foto vespa yang baru. Gue pengin nabung buat beli."

"Nih." Andara menaruh butterscotch latte Harlan di meja Raihan. "Biar makin melek lemburnya."

"Oh? Berapa, nih?"

"On me, Rai." Perempuan itu menarik kursi dari sebelah kubikel Raihan. "Kenapa sih lo? Kusut amat mukanya. Bang Irfan ngomel-ngomel?"

Raihan meliriknya malas. "Kudu lembur, siapa yang enggak kusut?" Ia kembali berkutat pada laptop.

"Gue mau nanya deh, cowok tuh sukanya hadiah apa, sih?" Andara bertopang dagu.

"Hadiah buat apa?" Raihan membuka salah satu file data.

"Ulang tahun," jawab Andara. "Teman gue ada yang ulang tahun bulan Desember ini." Ia melirik Raihan sekilas.

"Mau murah apa mahal?"

"Murah. Enggak masalah juga sih kalo mahal."

"Doa udah yang paling murah."

"Yah, jangan doa doang, dong."

"Ya, tergantung," jawab Raihan tanpa melepas pandangan dari layar. "Dia sukanya apa."

"Emang lo sukanya apa?"

"Mantan."

Hening.

Tangan Raihan berhenti di atas keyboard, begitu pula Andara yang membatu di sampingnya. Tampaknya Raihan menjawab secara spontan karena ia baru menyadari ucapannya.

"BERCANDA! BAHAHAHAHAHAHAHA!"

Raihan terbahak dan refleks menyenggol cup latte-nya. Latte itu pun terlempar tepat menuju Andara hingga tumpah di roknya. Andara terkesiap, Raihan apalagi.

"HEH, DAR, SORI!" Raihan berseru panik, mencari sesuatu yang bisa menjadi lap.

Andara menaruh cup yang sudah tumpah di meja. Roknya jadi basah sekarang.

"Nih, nih. Tisu." Raihan mengambil dua box tisu sekaligus dari mejanya dan meja sebelah. "Duh, Dar, sumpah, sori banget. Gue enggak sengaja!"

"Enggak, enggak apa-apa, untung enggak panas." Andara mengelap latte di roknya, meskipun percuma karena roknya tetap kotor.

Raihan melirik jam tangannya. "Gue ke PP sebentar beliin lo bawahan masih keburu lah, ya? Belum tutup."

"Ih, apaan sih, Rai? Enggak usah." Andara membuang tisu terakhir. "Bentar lagi pulang ini."

Rest AreaWhere stories live. Discover now