KM 11 - Engkau Datang, Ketika Aku Jatuh, Bangun, dan Jatuh

3.7K 582 174
                                    

"You still remember me, right?" Reino melepas sebelah earphone running-nya. "Teman Bayu."

Seringai Indira mengembang. "Ingat, kok. Temannya Mas Bayu, sepupu Tita, kan?"

Reino terkekeh. "Benar."

Berbeda dengan terakhir kali Indira bertemu di Ramen Ya!, Reino pagi ini tampak santai dengan kaos Puma navy dan celana lari pendek. Memakai baju seperti ini, bentuk badannya menjadi terlihat sekali, terutama dadanya yang bidang. Sepertinya ia menyukai olahraga.

"Reino? Reino Barack?"

Suara Tita mengingatkan Indira bahwa ia masih tersambung telepon.

"Sori, sori, Tit. Gue ketemu Mas Reino nih di sini." Indira berbicara lagi dengannya.

"Reino mana? Reino teman Mas Bayu?"

"Iya."

"Wah, gila, masih ingat aja lo?!" Nada Tita berubah antusias.

"Iyalah." Indira melirik Reino yang masih berdiri di depannya, seolah menunggunya. "Eh, udahan dulu, ya? Nanti telepon lagi."

"Yee, ketemu Mas Reino aja, lo main udahan. Yaudah, bye."

"Bye, bye."

Sambungan terputus. Indira mendongak melihat Reino lagi. "Mas Reino sendiri di sini?"

"Nggak. Bareng Bayu dan istrinya." Reino berjalan berdampingan dengan Indira. "I lost them. Mungkin udah duluan di depan."

"Oh." Indira mengangguk.

"Kamu sama siapa, Indira?"

"Sendiri. Hahaha. Ngajak teman tapi dia nggak mau." Indira menengok ke pinggir rute. "Mas Reino masih mau lari? Aku mau duduk."

"Saya ikut kamu aja."

Mereka berdua melipir ke pinggir untuk beristirahat. Indira meluruskan kakinya, sementara Reino mengirim pesan kepada Bayu terkait lokasinya.

"Anyway, kayaknya saya belum kenal kamu lebih jauh, nih?" Reino meniru posisi duduk Indira. "Kamu kerja di mana, Indira?"

"Baru aja selesai intern dari perusahaan asuransi Jepang, alias nganggur." INFO LOKER DONG, MAAAAAS. "Kalo Mas Reino?"

"Saya di Gregs & Barnes, perusahaan energi. Baru buka basis sih di Indonesia, pusatnya di US."

"Oh, di mana tuh, Mas?"

"Mega Kuningan," jawab Reino. "Main, Dir, sekali-kali."

Indira tertawa. "Boleh deh kapan-kapan bareng Tita."

"Sendiri aja, dong," seloroh Reino.

"Aku mana kenal sama orang-orang di sana?"

"Sama saya kenal, kan?"

"Lebih kenal Tita sama sepupunya lah, Mas." Indira terkekeh.

"Kalo gitu kita perlu kenal lebih jauh dong, ya?"

Kedua alis Indira sontak meninggi. Sudut mulut Reino terangkat melihat reaksinya.

Rest AreaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu