KM 10 - Jatuh, Bangkit Kembali!

3.1K 533 66
                                    

Raihan termenung melihat berita di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raihan termenung melihat berita di ponselnya. Denver Petroleum Indonesia, perusahaan migas yang merupakan impiannya dulu, dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan. Manajemennya bermasalah. Jajaran direksi diduga melakukan pencucian uang. Utang dengan bank dan vendor menumpuk. PHK karyawan dilakukan bertahap sejak tahun lalu. Lingkungan kerja toxic. Semua aib dibongkar oleh mantan karyawan. Ditambah banyak masyarakat yang menganalisa bahwa industri migas adalah bisnis sunset.

Raihan... hampir saja menjadi bagian dari Denver Petroleum.

Jika Tuhan mengabulkan keinginannya untuk masuk ke Denver Petroleum, ia sudah luntang-lantung menjadi job seeker lagi. Jerih payahnya bekerja off shore bisa jadi tak dibayar. Nasibnya sebagai pekerja bisa jadi tanpa kejelasan. Dulu Raihan merasa dunia tak adil dan takdir pilih kasih terhadapnya, tapi kini ia melihat betapa baiknya Tuhan tak mengizinkan itu terjadi.

Satu lagi tamparan keras untuknya.

Raihan menutup ponsel kembali dan memejam erat. Ia memijat keningnya sembari bersandar pada sofa.

"Baru pulang kamu, Han?"

Lelaki itu membuka mata lagi. Ayahnya menuruni tangga karena melihat kepulangan Raihan yang nyaris menyentuh tengah malam. Beban pekerjaannya secara perlahan memang meningkat dan mulai menuntut pulang malam.

Raihan meliriknya sekilas. "Iya." Lalu bangkit dari sofa ruang tamu.

Pikirannya kacau. Fisiknya lelah. Suasana hatinya juga sedang berantakan akhir-akhir ini. Mungkin ia tak akan mandi dan langsung tidur saja.

Raihan menaruh kunci mobil di rak ruang tengah, kemudian berjalan menuju tangga.

"Raihan."

Hingga panggilan itu mengurungkan niatnya untuk naik.

"Boleh ke sini sebentar? Papa mau ngomong sama kamu." Ayahnya menepuk sofa di sampingnya.

Raihan menghela napas pelan. Apa ayahnya tak lihat wajahnya sudah seperti zombie yang tak tidur sepuluh tahun?

"Kenapa, Pa?" Raihan kembali duduk di sofa.

"Gimana kerjaan kamu? Lancar?"

"Lumayan. Penempatan OJT di kantor pusat. Atasannya enak. Itu aja," jawabnya seadanya.

Sungguh, jika ayahnya ingin mengomel lagi karena anaknya bekerja di bank, Raihan benar-benar akan angkat kaki ke kamar. Ia tidak sedang dalam mood bagus untuk bertengkar.

Rest AreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang