KM 2 - Berdua Meraih Mimpi Kita

5.5K 746 132
                                    

'Dear Mr.Raihan Aditya Ramadhan,

Thank you again for your interest in Bank Nasional. We are pleased to inform you that you've passed to the next round of the recruitment stage for the Management Associate Program. Hereby, we would like to invite you for a Leaderless Group Discussion and BOD interview at the following time:

Date: January 17th, 2022
Time: 10.00 - 14.00 WIB
Place: Bank Nasional Head Office, National Bank Tower, Gatot Subroto, South Jakarta.
Dresscode: Formal Attire.'

Raihan lolos assessment test dan wawancara awal Bank Nasional.

Para jobseeker manapun mungkin akan berjingkrak kesenangan mendapat kabar baik tersebut, tetapi yang terjadi saat ini adalah lelaki itu mengembuskan napas berat.

Ia melakukan refresh berkali-kali pada laman Gmail, berharap ada satu inbox berita baik dari Denver Petroleum, perusahaan minyak Amerika yang ia lamar.

Nihil. Tidak ada.

"Nak, gimana? Udah ada kabar belum?"

Dan lagi-lagi, pertanyaan itu memasuki gendang telinganya.

"Kamu ini kan cum laude Perminyakan dari PTN top. Jurusannya bagus. Masa berapa bulan wisuda belum dapat kerja? Indira aja udah duluan, tuh."

Lulus dari PTN paling bergengsi dengan jurusan yang banyak menjadi rebutan anak SMA, tentu saja perjuangan mencari kerjanya tak melulu diwarnai oleh penolakan. Beberapa kali ia hampir melepas title jobseeker.

Raihan sudah memasuki tahap offering di sebuah perusahaan gas lokal skala menengah, tetapi hal itu tak berlanjut karena tak ada kecocokkan salary—lagipula targetnya adalah perusahaan asing besar. Ia sempat lolos seleksi program managament trainee perusahaan FMCG kosmetika lokal melalui event campus hiring, tetapi tak ia lanjutkan karena tak tertarik dengan industrinya. Ada lowongan tertutup di Kementerian ESDM melalui relasi ayahnya, tetapi ia tolak karena tak ingin memakai jalur orang dalam. Ia tak mau saja menyeret nama orang lain seandainya tertimpa masalah.

Now here he is, still blankly staring at his CV which has been revised for the umpteenth time now.

"Kamu enggak apply Pertamina? Itu cek dong yang Mama kirim di WA. Pertamina lagi buka lowongan."

Orang tua selalu saja berkata begitu, menyepam poster lowongan kerja tanpa tahu itu bodong atau tidak, tanpa melihat posisi apa, untuk lulusan apa, atau bidang keahlian apa.

"Kamu pakai nolak tawaran dari teman Papa, sih." Ibu Raihan melihat anaknya sekilas dari kesibukan menge-scroll video-video ceramah di WhatsApp keluarga. "Kamu enggak mau apa jadi PNS? Masa tuanya terjamin."

Kalimat sakral itu lagi.

"Jebolan kampus kamu tuh banyak dicari perusahaan asing lho, Han. Shell sama Schlumberger tempatnya Om kamu oke, tuh. Daftar dong sana."

'Daftar dong sana', seolah-olah ibunya selama ini memberi makan anak lulusan Texas A&M.

Walaupun ia pernah menjabat sebagai Head of External Relations HIMA, masih banyak teman-temannya yang jauh lebih berkualifikasi untuk 'dicari' oleh perusahan O&G asing. Pun sekuat apapun jiwa korsa lulusan almamaternya, kalau yang di atas tak berkehendak, ia bisa apa?

Rest AreaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum