KM 1 - Hanya Dia Yang Mengisi Hati

11.1K 1.1K 112
                                    

"Halo, Mbak Indira, kita ingin proses lamarannya lebih lanjut, nih. Kira-kira bisa mulai magang di tanggal tiga nanti, Mbak?"

Indira sontak terbangun akan telepon tiba-tiba itu. Ia lekas mengecek kalender mejanya. Tanggal tiga adalah hari Senin. Seingatnya, ia tak memiliki agenda apapun pada hari Senin... sampai Minggu, karena ia adalah pengangguran.

"Oh, k-kayaknya bisa, Bu..."

"Jangan kayaknya, Mbak. Bisa enggak, nih?" Recruiter di seberang sana tertawa.

Apakah ia bisa? Apakah ia available? Sial, saking paniknya, Indira tak dapat berpikir lurus.

"Iya, iya, bisa, Bu!"

"Oke, nanti tolong kirimkan softcopy KTP, ijazah, nomor rekening, dan kontrak magang yang sudah di e-sign, ya. Email-nya masih sama seperti kemarin di recruitment@japaninsurance.com. Untuk pakaiannya, kita Senin dan Rabu kemeja formal bebas, Selasa dan Kamis batik, Jumat smart casual. Sepatunya wajib tertutup."

"Iya, Bu, siap."

"Untuk lokasinya sendiri, kita ada di Sahid Sudirman Center lantai 48. Intern tidak akan mendapatkan access card gedung, jadi harus menggunakan kartu visitor dari resepsionis ya, Mbak. Nanti tetap kami berikan lanyard kantor sebagai identitas khusus intern."

"Siap, siap."

"Oke, kalo gitu berkasnya saya tunggu dan sampai jumpa di hari Senin, Mbak Indira. Selamat siang."

"Siang..."

Telepon ditutup.

Suasana kamar hening.

Kesunyian itu terpecahkan oleh pekikan senang sang pemilik kamar di tempat tidur.

Indira meloncat-loncat girang karena setelah ratusan klik 'apply', puluhan email lamaran, belasan job portal, dan hari-hari membosankan dengan menge-scroll semua lowongan sambil menangis-nangis, perjalanannya sudah selesai dengan diterimanya ia sebagai Talent Acquisition Intern di perusahaan asuransi Jepang.

Ia segera mengambil ponsel untuk mengabarkan informasi krusial ini kepada seseorang yang selalu menjadi orang pertama serba tahu akan hal-hal di hidupnya. Kakinya bergerak-gerak tak tenang menunggu nada sambung. Hingga nada sambung mencapai dering ketiga, orang itu barulah mengangkatnya.

"Halo?"

"YAN!"

"Kenapa, Ra?"

"Tebak siapa yang keterima magang?!"

"Anjaaay, kamu?"

"Iyaaa!" Lagi, Indira berjingkrak-jingkrak.

"Alhamdulilah. Selamat, Ra. Aku ikut senang dengarnya," ucap Raihan di seberang sana. "Finally, ada experience kerja betulan. Enggak jadi budak organisasi overworked lagi."

Indira tergelak. "Finally, gue nyium bau duit ya, Yan."

Well, ini adalah pertama kalinya Indira melakukan magang. Selama kuliah kemarin, kegiatan yang ia lakukan hanyalah menjadi anggota HIMA—pernah dipromosikan menjadi bendahara sekali. Itu kenapa ia tak masalah melamar untuk posisi magang meskipun sudah lulus.

"Kalo kamu gimana, Yan? Company O&G* Amerika kemarin udah ada follow up lagi?"

"Belum, Ra. Seminggu enggak ada kabar dari Denver Petroleum. Kalo yang company O&G Inggris kemungkinan gagal karena temanku ada yang udah lanjut ke interview BOD*. Tiga company sebelum itu udah dapat email rejection. Ada undangan online test dari Bank Nasional sih tadi pagi."

Rest AreaWhere stories live. Discover now