Part: 40

766 22 2
                                    

JANGAN LUPA!

Follow Instagram: @singgahsemu
(ganti username)
Wattpad: @singgahsemu_
TikTok: @singgahsemu_
.
.
.
.
.
.
.
Typo tandain!

•••

🪔Happy Reading🪔

Hari ini adalah hari yang paling Nadira nantikan untuk segera hadir bertemu dengannya. Ia duduk di bangku seraya memandangi dirinya dari cermin berukuran panjang di hadapannya ini. Menampilkan dirinya yang mengenakan kebaya modern bermodel syar'i berwarna putih, kerudung panjang berwarna senada yang menutupi dada, juga hiasan kepala yang sering disebut mahkota. Riasan gadis itu tak terlalu berlebihan, tetapi terlihat indah dan pas di wajah eloknya, sesuai dengan keinginannya.

Gadis itu masih menatap lekat cermin di depannya. Benar-benar tidak ia sangka jika hari ini adalah pernikahannya, memang dari semua hal yang ia khawatirkan tiba-tiba lenyap, ia merasa lega sekarang. Namun, perasaan gugup yang sepertinya murni terjadi ketika hari spesial ini hadir benar adanya, gadis itu sedari tadi menyatukan kedua telapak tangannya, menggenggamnya erat.

Nadira masih berada di kamarnya, ia seorang diri di sini. Tadi setelah mereka yang datang untuk merias dirinya pamit undur diri, kini tidak ada lagi yang masuk ke kamarnya ini. Bahkan sang Umma belum juga datang menjemputnya. Mengapa sekarang perasaan gugup itu kian menjadi-jadi? Tidak kah dia ingin berhenti barang sejenak saja? Detak jantungnya berdetak semakin cepat, rasa dingin di tangannya juga bertambah, gadis itu tiba-tiba merasakan perasaan gugup tak terkendali saat mendengar suara dari luar sana. Pihak mempelai pria sudah datang, suara hadroh yang dimainkan oleh para santriwan terdengar walaupun sedikit samar di telinganya. Sholawat yang dikumandangkan, menyambut mereka yang datang untuk menyaksikan pernikahan. Bayang-bayang ketika ijab qabul diucapkan terlintas di benaknya, ia menantikan waktu itu datang. Ya, itu sebentar lagi, sabar Nadira, hanya sebentar untuk bersabar.

Nadira melihat ke arah pintu kamar ketika mendengar suara ketukan dari luar. “Masuk saja, pintunya tidak dikunci,” ujar gadis itu.

“Assalamu'alaikum, Ning Nadira.” seorang wanita bergamis putih masuk ke dalam kamar, ia berjalan menghampiri seorang gadis yang duduk di depan meja rias.

Nadira tersenyum melihat siapa yang datang, ia menyambut uluran tangan wanita itu, lalu memeluknya sejenak. “Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Langsung ke sini, Rana?” tanya Nadira setelah melepaskan pelukan itu.

Wanita bernama Kirana itu mengangguk dengan pandangan menatap ke arah sahabatnya.
“Iya, aku penasaran melihat rupamu ketika sudah berhias. Dan lihatlah sekarang, masyaAllah Nadira kamu benar-benar cantik, pangling loh aku ini. Pasti calon mempelainya langsung jatuh hati,” puji Kirana tersenyum menggoda ke arah Nadira yang tertunduk malu.

“Jangan mulai, Rana,” lirih gadis itu tak juga mengangkat wajahnya.

“Loh, apa yang aku bilang memang benar, kamu cantik sekali hari ini, Nad.” Kirana memegangi dagu Nadira, mengangkatnya perlahan untuk menatapnya.

“Ngapain kamu menunduk, seperti sama siapa saja. Sudah-sudah, sekarang aku mau bertanya denganmu, karena nanti setelah itu aku akan turun ke bawah,” lanjut Kirana mengundang tatapan penasaran dari lawan bicaranya.

Dia, Hafizha (ENDING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang