Part: 30

540 16 0
                                    

JANGAN LUPA!

Follow Instagram: @rembulan.wp
(ganti username)
Wattpad: @pena_rembulan
TikTok: story.rembulan_
.
.
.
.
.
.
.
Typo tandain!

🍡Happy Reading🍡

"Saya ingin bertanya padamu," ungkap Atha.

"Ya?" tali busur itu semakin mengencang seiring dengan Hafizha menariknya.

"Jika seseorang datang untuk mengkhitbah dirimu, apa kamu akan menerimanya?" tanya Atha hati-hati. Entah mengapa ia ingin bertanya seperti itu, naluri nya bertingkah aneh kali ini.

Tak

Tetap berada di titik kuning, dengan anak panah sebelumnya yang terbelah dua.

Gadis itu langsung mengalihkan pandangannya, netra amber miliknya menatap lekat pemuda di sampingnya itu.

"Mengkhitbah itu____melamar?" tanyanya dengan suara pelan.

"Iya. Bagaimana?" Atha tidak tahu mengapa dirinya bertanya seperti itu, biasanya ia tidak pernah ingin terlalu penasaran akan sesuatu. Namun, kali ini rasanya sedikit berbeda, entahlah.

"Tergantung." Hafizha berjalan sedikit menjauhi pemuda itu, ia meletakkan segala alat memanah yang ia gunakan di salah satu bangku kayu dekat halaman.

"Maksudnya?" tanya Atha lagi.

Ia menepuk-nepuk kedua tangannya, membersihkan sedikit debu yang menempel pada kedua telapak tangannya,
"Tergantung, akan rasa siap yang ada di diriku." ia menghampiri Atha, berdiri tepat di depannya dengan jarak yang kentara.

"Tidak memperdulikan umur?"

"Gus, sebenarnya saya lebih mementingkan rasa siap dibandingkan dengan umur. Karena menurut saya pondasi sebuah hubungan pernikahan adalah rasa siap antara kedua belah pihak, bukan umur. Rasa siap itu yang menentukan bagaimana akhir dari perjuangan mereka nanti. Terlebih, saya tidak begitu mementingkan rasa cinta ketika harus memilih pasangan, jika memang udah siap dari segala aspek, tidak ada kata untuk menolak. Karena terkadang saya menjumpai bahwa perkataan 'mencintai sebelum menikah' adalah omong kosong belaka," papar gadis itu mantap.

"Pemikiran kamu sedikit berbeda, Hafizha." Atha menyilangkan kedua tangannya di belakang punggung. Pemuda yang mengenakan kaos abu-abu serta celana training hitam itu menatap sekililing nya, tanpa ingin melihat ke arah perempuan di hadapannya ini.

"Gus, di sana itu siapa?" jemari gadis itu menunjuk pada para perempuan yang ada di ujung halaman ini.

"Para ustazah yang tidak memiliki jadwal mengajar pagi hari," jawab Atha singkat

Pantes

"Hafizha, besok kamu sidang bukan?"

"Iya, Gus. Kenapa?"

"Kebetulan besok saya juga sidang, jika kamu ingin, boleh berangkat bersama. Saya akan meminta izin pada Umi," jelas pemuda itu sedikit menutupi rasa gugup nya.

Sedikit bercerita tentang Atha, pemuda yang hampir genap berusia dua puluh lima tahun itu akan segera menyelesaikan pendidikan magisternya. Pemuda itu menamatkan sarjananya diumur 23 tahun disalah satu kampus terkenal di mesir. Di pesantren ini Atha terkenal akan kepintarannya dalam pembelajaran, dia kerap kali mendapatkan ajakkan untuk menjadi Dosen, tapi sampai saat ini Atha belum pernah menerima permintaan itu, dia lebih ingin fokus akan pendidikan dan pekerjaan yang sedang dia jalani sekarang.

Dia, Hafizha (ENDING) Where stories live. Discover now