Part: 15

690 17 0
                                    


Instagram: @singgahsemu
(Ganti Username)
Karena akan ada SPOILER-SPOILER dari cerita ini🌵
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🎀Happy Reading 🎀

Angin sejuk mengenai puing-puing daun di tanah sedikit bergerak ke tepi, langit jingga terlihat pekat dari arah barat. Melihat sekililing yang tampak sepi membuat gadis itu merasa tenang. Ia duduk di rerumputan dengan danau sebagai pemandangan di depannya.

Pikirannya mengingatkan kejadian seminggu lalu, ia memikirkan apakah hal ini sudah benar, apakah keputusannya ini benar? Di satu sisi ia merasa bahagia, namun disisi lain perasaan gelisah menyelimuti hatinya.

Hatinya terus bertanya-tanya apakah ini benar? Ia takut jika keputusan ini menyakiti perasaan orang lain. Atau bisa jadi akan menyakiti perasaannya sendiri, ia tak tau.

Sepertinya ia harus istiqarah malam ini.

Termenung lama gadis itu diam menatap danau di hadapannya, bahkan ia tidak menyadari di sebelahnya ada seseorang. Hingga suara lemparan batu menyadarkan gadis itu, ia melirik orang yang ada di samping nya. Tersenyum ramah, Nadira menyukai hal yang terjadi berikut nya. Perlu di ketahui jika Nadira tidak akan membuka pembicaraan jika bukan lawan bicaranya yang terlebih dahulu menyerukan suara. Nadira menatap penuh pada perempuan di sampingnya ini, dia berpikir ternyata dirinya tidak sendiri di tempat sepi ini.

"Nggak baik menung, udah sepi lagi," ujar gadis di sebelah Nadira.

Nadira tersenyum memperlihatkan lesung pipinya, "Maaf, tadi itu tidak sengaja." gadis itu mengalihkan perhatiannya ke danau.

"Ini tempat memang sepi?"

"Tidak juga, kadang ada beberapa orang yang berkunjung, walau tidak begitu banyak." Hafizha mengangguk sebagai balasan.

Tidak ada lagi suara yang terdengar, kedua gadis itu saling diam. Hafizha yang merebahkan diri diatas rerumputan dan Nadira hanya duduk sebari melihat ke arah depan.

Beberapa menit berlalu, suasana hening masih mengambil alih. Tidak ada dari mereka berdua yang ingin membuka pembicaraan. Udara yang sejuk membuat Hafizha menarik switer rajut nya lebih kencang. Kota yang ia datangi ini memang lagi musim hujan, jadi tidak heran jika sore ini hawanya terasa lebih sejuk.

"Ketika ku perhatikan, sepertinya kamu bukan dari daerah sini, benar?" Nadira membuka suara menghilangkan keheningan yang melanda.

"Ya, itu benar. Namun kota ini nggak asing di gue, karena ini tempat Mama gue tinggal dan lahir." Hafizha bangun dari rerumputan dan memilih duduk.

"Oiya, berarti sudah sering kemari dong?" tanya Nadira sedikit penasaran.

Mengambil batu di sampingnya, Hafizha melemparkannya ke danau. "Kalau untuk sekarang udah jarang, karena nggak terlalu dekat dengan tempat tinggal gue." Hafizha kembali melakukan kegiatan nya, melempar batu ke danau.

"Jadi kamu nggak tinggal di sini, kuliah di luar kota?"

"Bisa di bilang seperti itu," jawab Hafizha singkat.

Sepertinya pembicaraan ini buntu, lihatlah sekarang keheningan kembali datang. Sebenarnya Hafizha tidak bisa seperti ini, ia lebih suka suasana yang ramai, tapi untuk saat ini ntah mengapa ia ingin diam dulu.

Dia, Hafizha (ENDING) Where stories live. Discover now