Part: 22

504 19 0
                                    

Drtt

Drtt

Drtt

"Halo, Hafizha."

"Iya, ada apa?"

"Gue lupa ngabarin lo soal podcast itu."

"Maksudnya gimana, An?"

"Kali ini anak psikologi di undang jadi bintang tamu di salah satu acara podcast kampus yang udah beberapa bulan ini berlangsung. Anak-anak  pada nyaranin lo, acaranya hari ini sekitar habis zuhur. Lo bisa datang nggak, Hafizha?"

"Anna lo tau kan gue lagi nggak di rumah, dospem gue minta gue melakukan penelitian, gue mana bisa."

"Plis.. Hafizha, kita nggak tau siapa lagi yang bakal datang, pada nolak semua. Alasan nya pada sibuk, gue tau lo juga sibuk tapi kan Hafizha bantu gue dong, bingung mau nyuruh siapa lagi."

"Anna, maaf gue nggak bisa.
Kenapa enggak lo aja?"

"Gue sidang hari ini, jadi nggak bisa
Pliss Hafizha... Bantu gue.."

"Gue nggak janji, nanti gue tanya sama pihak sini boleh di kasih keluar atau nggak. Nanti gue kabari lo lagi."

"Pliss semoga bisa ya, Hafizha. Gue takut mengecewakan pihak acara, gue tunggu keputusan lo ya, waktu kita nggak banyak."

"Iya, Anna."

"Gue tutup. Bye, good luck!"

•••

Dan di sini lah sekarang gadis itu, berada di dalam rumah sederhana yang terbuat dari bahan kayu. Dia duduk di atas karpet yang terbentang, duduk dengan sopan sembari berbicara pada pemilik rumah itu.

"Umi, kedatangan Hafizha ke ndalem ingin meminta izin untuk keluar sebentar dari pesantren ini." Hafizha berbicara setelah sebelumnya menyalami wanita paruh baya itu.

Wanita bernama Maryam itu tersenyum menanggapinya,
"Kamu ingin kemana, Nak?" tanyanya.


"Ada acara kampus, Umi. Dan kebetulan Fizha yang menjadi bintang tamunya. Jadi tidak mungkin di batalkan, takut mengecewakan nanti, bagaimana apakah Umi mengijinkan?" dia menjelaskan dengan sejujurnya.

Terdiam sebentar baru setelah nya Maryam membalas perkataan gadis di depannya ini,
"Tentu, Umi mengijinkan. Tapi nanti kamu ingin pergi kesana menaiki apa?" tanyanya lagi.

"Taksi mungkin, Umi."

"Taksi jarang di kawasan ini, Nak. Jika menaiki kendaraan umum lainnya kamu harus berjalan ke depan, tetapi itu juga akan lama sampai di tempat tujuanmu, mereka harus menunggu penumpang lain, tidak bisa sekali jalan hanya untuk mengantar satu orang saja." Maryam tiba-tiba memegang tangan Hafizha, ia menatap netra indah itu.

"Nanti anak Umi juga akan ke kampus, bagaimana jika kalian pergi bersama saja?"

Hafizha sedikit terkejut mendengar itu, karena setaunya pesantren ini sangat melarang kedua lawan jenis nya untuk berinteraksi. Bahkan ini adalah seorang Gus, jika ia pergi bersama apakah tidak menimbulkan hal buruk.

"Tapi__apakah tidak merepotkan, Umi?"

"Tidak, Nak. Lagipula Atha akan pergi sebelum zuhur, bisa sekalian kan."

Maryam tersenyum ketika menyadari hal yang ia ucapkan, ia tau apa yang ada di pikiran gadis itu, dengan senyum tenang ia kembali menjelaskan,
"Tidak perlu takut, Hafizha. Kalian tidak akan berdua, ada cucu saya yang ikut nanti, tenang saja." Hafizha mendengar itu menghela napas lega, dia mengangguk mengerti.

"Baiklah terimakasih, Umi. Kalau begitu Hafizha permisi untuk kembali ke asrama, sekaligus siap-siap."

"Iya, Nak. Nanti kamu tunggu di depan gerbang saja, biar tidak terlalu repot bolak-balik, paham?"

Sebagai balasan gadis itu mengangguk. Tak lama setelah nya dia pamit undur diri, tidak lupa dia mengucapkan salam dan menyalami wanita paruh baya yang sangat dihormati itu.

•••

Dari arah tangga tampak seorang pemuda turun dengan pakaian rapi yang dikenakannya. Tepat saat dia sampai di ruang tamu yang terlihat sepi, pemuda itu menatap sekililing seolah sedang mencari seseorang.
Tidak menemukan hal di carinya, Atha berjalan ke arah dapur.

"Assalamu'alaikum, Umi."

Wanita yang di panggil Umi itu berbalik menghadap asal suara.
"Wa'alaikumussalam. Sudah mau berangkat, Nak?" wanita itu sedikit membersihkan telapak tangannya, lalau menerima uluran tangan Atha yang ingin menyalaminya.

"Iya, Umi. Kalau begitu Atha pamit dulu ke kampus," katanya.

"Tunggu sebentar, Nak. Ayo kita ke depan." Maryam menarik pergelangan tangan putra bungsunya itu, membawanya ke ruang tamu.

"Ada apa, Umi?"

"Begini beberapa waktu lalu ada yang izin ke Umi, seorang perempuan. Dia ingin pergi ke kampusnya, katanya ada acara yang mengharuskan dia untuk datang, jadi karena dia sekampus dengan mu Umi menyarankan untuk pergi bersama saja," jelas Maryam.

"Tapi kan__"

"Umi mengerti apa yang ada di pikiran mu, Nak. Jadi Umi sarankan ajak Alma pergi bersama mu, nanti kamu bisa kuliah dan anak itu titip kan ke perpustakaan yang tidak jauh dari kampus mu itu." Maryam sangat mengetahui bagaimana sifat putra nya itu, dia pasti tidak ingin memberikan tumpangan pada perempuan asing yang bukan mahramnya. Anaknya itu sungguh pemalu.

Maryam kembali melanjutkan perkataannya,
"Umi lihat dari kepulangan kalian beberapa hari lalu Alma tampak gembira, dia menceritakan pada Umi jika tempat yang kalian datangi sangat menyenangkan, dia juga berkata ingin kesana lagi. Sekarang waktu yang cocok, kenapa tidak?" pinta nya.

Mendengar penjelasan panjang dari sang Umi mana bisa Atha menolak, apalagi sudah menyangkut keponakan kesayangannya.

"Baiklah, Atha setuju."

"Perempuan itu bernama Hafizha, tadi Umi memintanya menunggu di depan gerbang."

Deg

•••
Bersambung
•••

.
.
.
.
.
.
.

Baiklah, sekian terimagaji___ralat thank you.

Mohon maaf jika masih banyak kesalahan dalam penulisan, karena aku juga masih belajar yaaa

Kalau kalian menemukan typo tandain aja, jangan ragu-ragu. Karena sifat ragu itu nggak baik, harus yakin!

Sampai ketemu di pertemuan selanjutnya (emang pernah ketemu?)
semoga kita masih di beri kesehatan sama Allah... Aamiin.












Dia, Hafizha (ENDING) Where stories live. Discover now