Part: 17

559 17 0
                                    

🌵Jangan lupa follow
Instagram:
@wattpad_rembulan🌵

Jangan mencari kesempurnaan di cerita ini, karena itu nihil. Masih banyak kekurangan, jadi tambahkan saran jika perlu. Dan typo tandain!

.
.
.
.
.
.
.
.
.

🎀 Happy Reading🎀







"Hafizha!"

"Ya?"

"Ini ada karangan bunga untuk lo, dan jangan tanya dari siapa karena gue nggak tau siapa pengirimnya." teman sekampus Hafizha itu pergi setelah memberikan karangan bunga yang masih terbungkus rapi.

"Aneh," gumam Hafizha. Ia membuka karangan bunga itu, matanya membulat terkejut saat melihat isinya.

'Mawar hitam?'

Hafizha berlari kencang meninggalkan tempat itu, ia tau sekarang akan kemana. Ia harus menemui orang itu, jika tidak maka kehidupannya tidak akan tenang.

Sesampainya di sana, Hafizha melempar mawar hitam itu, ia menatap sekililing taman sepi yang ada di belakang kampusnya.

"Keluar lo, nggak usah sembunyi! Nggak berguna untuk gue, keluar lo, Mehen!" teriak Hafizha, kelihatan sekali dia sedang menahan emosinya.

Sekarang tidak ada Hafizha yang tenang, tidak akan ada sifat itu jika menghadapi seseorang yang akan ia temui nanti.

"Hai tenang, Zahwa.." merasakan genggaman di pergelangan tangannya, membuat Hafizha spontan berbalik dan ___

Plak

Menampar orang itu.

Namun tetap saja genggaman itu terlalu erat baginya.
"Lepas, Mehen!" tegas Hafizha. Kini sifat tegas sang Papa menular padanya.

"Kalau aku nggak mau?" menjijikkan, Hafizha benci ini.

"Lo akan menyesal!" dengan tenaga yang ia punya Hafizha berusaha untuk lepas dari genggaman itu, ia mendorong pemuda itu dan menendang tulang keringnya.

Pemuda bernama Mehen itu terkekeh pelan ketika merasakan tendangan yang berdampak padanya.
"Wow, pertemuan pertama di sambut dengan tamparan dan tendangan? Sangat istimewa, aku menyukainya." ia bangkit dari lantai tempat di mana ia terjatuh tadi. Mehen mendekati gadis di depannya ini, ia dapat melihat tatapan kebencian yang kentara dimata gadis itu.

"Zahwa, lama tidak bertemu? Bagaimana kabar mu, baik?" tanya Mehen santai.

"Enggak setelah lo datang!" balas Hafizha. Ia sangat membenci pemuda di hadapannya ini. Bukan, dia bukan pacar atau mantannya, tetapi pemuda itu pengganggu dalam hidupnya. Musuh semasa SMA yang terobsesi dengannya, menganggu setiap kegiatan yang dilakukannya, menggoda dengan kata yang menjijikkan bagi Hafizha. Sungguh ia sangat membenci pemuda bernama Mehen Samudera itu. Setelah lima tahun menghilang ia kira pemuda itu tidak akan kembali dan menganggu hidupnya lagi, namun ia salah pemuda aneh itu kembali datang.

Mehen tertawa pelan.
"Zahwa, aku sangat merindukanmu."

"Stop panggil gue Zahwa! Gue nggak suka dengar nama itu di sebut dari mulut lo!" Hafizha menatap tajam pada Mehen yang sedang memandangnya.

"Santai dong, kamu nggak mau ucapin selamat datang buat aku? Baru balik nih dari London." ini nih salah satu sifat yang Hafizha benci, narsis.

"Gue nggak nanyak lo darimana, yang gue mau lo jangan ganggu hidup gue lagi!" Hafizha berbalik meninggalkan pemuda itu.

"Aku nggak janji, soalnya aku rindu masa-masa SMA kita dulu, Zahwa!" teriak Mehen sesaat melihat gadis itu meninggalkannya seorang diri.

Mehen menatap lekat kepergian gadis yang ia rindu kan selama ini.

'Bukan obsesi Zahwa'

•••

Ini yang akan terjadi jika dia meluapkan emosinya, ia benci di situasi ini, merasakan betapa lemahnya tubuhnya. Terkadang perasaan cemas dan takut datang secara tiba-tiba, ia tidak mengerti mengapa harus merasakan ini. Dadanya sakit, bukan, ini sangat sakit.

Menjadi pribadi tenang adalah hal yang dilakukannya, ia lebih suka seperti itu, namun ternyata masih ada saja yang menyulut emosi ini.

Menghirup nafas perlahan, menghembuskan juga dengan perlahan. Kegiatan itu dilakukan berulang kali, hingga keadaan sedikit meredakan detak jantungnya yang tadi sempat menggila.

Bertahun-tahun menghadapi hal ini, tidak membuatnya panik. Hanya perasaan takut akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi nantinya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya ia hanya bisa pasrah, satu fakta nyata yang tidak akan pernah berubah..

'Ini tidak hilang, mau bagaimana ia berusaha.'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•••
Bersambung
•••

Aneh nggak sih?

Aku merasa alur nya sedikit membosankan?

Aku sebenarnya mau santai aja gitu, tapi kelamaan nggak sih?


















Dia, Hafizha (ENDING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang